SuaraSumbar.id - Dinas Sosial (Dinsos) Sumatera Barat (Sumbar) memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2023 dengan mengunjungi Kampung Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Orang Sasak terkenal pintar membuat kain dengan cara menenun. Dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun.
Kegiatan menenun itu pula yang diperlihatkan selama rombongan Dinsos Sumbar selama berkunjung pada 18-21 Desember 2023 lalu. Mereka disambut oleh Tari khas Sasak, Peresean.
Seniman Mataram, Syamsul Fajri Nurawat mengatakan, dahulunya tarian peresean ini digunakan untuk sebuah permainan adu ketangkasan yang digunakan untuk memilih pemimpin perang dalam sebuah perkumpulan di Lombok.
“Tarian peresean ini juga konon diyakini sebagai ajang pembuktian kekuatan dari setiap jenis ilmu yang dimilki,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (26/12/2023).
Peserta Rangkaian Kegiatan HKSN Dinas Sosial Sumbar, Asmadi Thaher mengatakan, pihaknya bersama 63 orang lainnya datang ke Sasak untuk memperingati HKSN yang diperingati setiap 20 Desember. “Sejarah mereka luar biasa,” katanya.
Kabid Pemberdayaan Sosial Dinsos Sumbar, Rumainur mengatakan, HKSN telah diperingati di Sumbar dengan berbagai kegiatan. Namun, pihaknya ingin merasakan pula bagaimana rasanya peringatan di tengah Suku Sasak.
Di NTB sendiri, HKSN dilaksanakan dengan mengadakan sunatan massal hingga operasi katarak. Menurutnya, HKSN tahun ini memang tidak dipusatkan karena ‘terbentur’ jadwal kampanye terbuka untuk Pemilu 2024.
“Makanya, kami mengunjungi NTB untuk melihat lebih dekat kegiatan yang mereka laksanakan,” tambahnya.
Ke Kampung Sasak memang menjadi bentuk HKSN yang lain. Sesuai dengan tema tahun 2023 ini, ‘Solidaritas Dalam Harmoni’, Dinas Sosial Sumbar juga ingin menjalankan rencana strategis untuk pemberdayaan kaum terpinggirkan.
Ketua DPRD Sumbar, Supardi yang ikut mendampingi kegiatan melihat ini sebagai isu strategis. Menurutnya, Dinas Sosial Sumbar akan berperan besar apabila berhasil memadukan solidaritas di antara suku atau bangsa yang ada di Sumbar.
"Kita dianggap intoleran oleh sebuah survei. Namun, kita kan jawab lewat kegiatan. Saya sudah anggarkan pembuatan video di Dinsos bagaimana harmonisnya kehidupan antar suku di Sumatera Barat,” ujarnya.
Program itu akan digarap pada tahun 2024 lewat dana pokok pikiran dari Supardi. Untuk pembuatan video akan difokuskan pada kaum Tionghoa yang ada di Payakumbuh.
“Oh, tidak ada itu intoleran di Payakumbuh,” kata Asmadi. “Kami hidup berdampaingan sejak lama. Mereka selalu datang apabila kami mengadakan helat, begitu sebaliknya," katanya lagi.
Selain ke Kampung Ende, peserta juga diajak keliling Lombok. Selain tempat bersejarah, peserta juga diajak berkeliling ke Bendungan Batujai-Praya, Gili Nanggu, Gili Sudak dan Gili Gedis.