"Namanya terpapar Covid-19 tentu cemas juga. Tapi waktu isolasi mandiri, saya mikir gimana ya cara memanfaatkan momen ini untuk melahirkan motif-motif baru," katanya.
![Salah satu batik motif corona yang membuat Rumah Batik Dewi Busana Lunang bangkit saat pandemi Covid-19. [Dok.Dewi Hapsari Kurniasih]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/04/02/99364-batik-corona.jpg)
Selama isolasi mandiri, Dewi melihat di televisi dan pemberitaan media online tentang virus corona yang digambarkan dalam berbagai bentuk. Dari situlah tiba-tiba tercetus di kepalanya untuk melahirkan motif corona. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung mengeksekusi gagasan tersebut.
"Saya gambar virus corona dan bikin cetakannya hanya dari kertas. Kemudian, saya tempel ke kain dan ternyata bentuknya cukup menarik," kenangnya.
Agar virus Covid-19 tak terkesan menakutkan dijadikan gambar baju, Dewi memberi motif corona dengan warna-warna terang dan mencolok. Mulai dari kuning, hijau, merah, biru hingga orange. "Intinya orang pas melihat motif ini bilang keren dan bukan takut. Makanya kami bikin motifnya dengan warna terang sekali," katanya.
Baca Juga:Pakai Batik Hingga Jersey Timnas di Panggung Hammersonic 2023, Vokalis Trivium: Aku Cinta Indonesia!
Setelah selesai isolasi mandiri, barulah Dewi kembali fokus menggarap motif corona untuk dipamerkan ke Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Pesisir Selatan. Ternyata temuannya diapresiasi oleh Pemkab Pesisir Selatan hingga akhirnya resmi diperkenalkan ke publik awal 2021 dengan nama batik motif corona.
Motifnya dibuat dengan model batik printing dan batik cap. Batik printing dibanderol Rp 60 ribu per meter dan batik cap seharga Rp 250 ribu per dua meter. Alhasil, nama batik motif corona pun populer. Pesanan datang dari berbagai daerah. Omzet Rumah Batik Dewi Busana Lunang otomatis meningkat. Bahkan, karyawannya yang semula hanya 4 orang bertambah menjadi 10 orang saat pandemi Covid-19.
"Alhamdulillah jauh meningkat. Bisa buat bayar cicilan Rp 10 juta sebulan, bayar karyawan 10 juta lebih. Bisa buat kebutuhan anak kuliah juga," kata Dewi yang enggan menyebut angka pasti omzet usahanya.
Percaya JNE
Usaha yang digeluti Dewi tentu saja bergantung kepada jasa pengiriman barang. Apalagi, pesanan batiknya berasal dari berbagai daerah di Indonesia hingga luar negeri. Salah satu kunci sukses Rumah Batik Dewi Busana Lunang adalah mampu menjaga kepercayaan pelanggan dengan mengirimkan barang tepat waktu dan tanpa cela.
Baca Juga:Konser di Indonesia, Treasure Ungkap Keinginan Keliling Jakarta, Bikin Batik Hingga Makan Sate
Menurut Dewi, menjaga kepercayaan pelanggan merupakan kunci utama dalam dunia perdagangan. Atas alasan itu pula ia memilih jasa kurir JNE sebagai ujung tombak pemasaran produknya ke berbagai daerah di Tanah Air. "Jujur, sejak pesanan sudah banyak datang dari luar daerah Sumbar, saya selalu pakai JNE. Sudah lama sebetulnya, tapi yang rutin sejak 2019," ceritanya.