Taman Kehati Emil Salim, Ikon Baru Kota Sawahlunto yang Bakal Jadi Daya Tarik Wisata

Taman Keanekagaraman Hayati atau Taman Kehati di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), akhirnya diresmikan pada Rabu (8/6/2022).

Riki Chandra
Rabu, 08 Juni 2022 | 19:31 WIB
Taman Kehati Emil Salim, Ikon Baru Kota Sawahlunto yang Bakal Jadi Daya Tarik Wisata
Peresmian Taman Kehati Emil Salim di Sawahlunto. [Dok.Istimewa]

Yayasan KEHATI memandang bahwa area bekas tambang itu sebenarnya memiliki potensi untuk masa depan jika dapat dijadikan kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal. Apalagi, Sawahlunto mempunyai area reklamasi yang cukup luas dan pemerintahnya juga memiliki visi ingin mewujudkan kota bekas tambang menjadi kota wisata, budaya dan lingkungan hidup.

Manajer Program Ekosistem Kehutanan Yayasan KEHATI Rio Rovihandono menjelaskan, dalam proses penyusunan master plan, konsultan bersama parapihak di Sawahlunto menggali konsep pembangunan taman kehati sebagai titik temu antara masa depan yang didasarkan atas pengalaman masa lampau sebagai area tambang batubara terbesar di Sumatera Barat.
Konsep itu diilhami dari “Lorong Item”, pembangunan lubang tambang masa lalu saat Kolonial Belanda masuk ke kota Sawahlunto menuju “Lorong Ijo”, tajuk pepohonan di taman sebagai simbol transformasi pembangunan lestari.

Berkaitan dengan tumbuhan yang akan ditanam dan dikembangkan di area Taman Kehati Emil Salim ini, KEHATI melibatkan beberapa konsultan ahli vegetasi yang berasal dari Badan Riset dan Inovasi (BRIN).

Tim ahli vegetasi ini ditunjuk oleh KEHATI, untuk melakukan survei dan meneliti vegetasi di sekitar area yang akan dijadikan lokasi taman kehati. Salah satunya, dengan menelusuri kembali wilayah di sekitar Kota Sawahlunto untuk mencari spesies tanaman apa saja yang khas Sawahlunto. Hasilnya, diperoleh data 96 spesies tumbuhan lokal Sawahlunto yang merupakan anggota dari 86 genus dan 48 famili.

Baca Juga:Kasus Napi Tewas di Lapas Sawahlunto, Keluarga Tak Terima dan Berharap Bantuan Hukum

Beberapa spesies lokal tumbuhan alami sebagai tumbuhan pioner di wilayah tersebut, diantaranya ada Kelayu hitam (Arytera littoralis), Paku Hijau (Blechum orientale) dan, Kanderi (Bridelia monoica). Tak hanya itu saja, tim ahli juga berhasil menemukan spesies pohon hutan seperti pohon kayu musang (Alangium ferrugineum), nyamplung (Calophyllum inophyllum), dan asam kandis (Garcinia xanthocymus). Umumnya, spesies yang tumbuh spontan tanpa ditanam itu merupakan spesies asli di wilayah tersebut. Spesies-spesies yang ditemukan akan diperbanyak melalui nursery di Taman Kehati ini nantinya.

Spesies tanaman yang akan ditanam mengacu pada beberapa aturan, yakni Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 3 tahun 2012 dan Keputusan MenLHK Nomor SK. 1272/Menlhk/Setjen/Pla.3/12/2021 tentang penetapan karakteristik bentang alam dan vegetasi alami peta wilayah ekoregion Indonesia skala 1:250.000. Taman kehati di Sawahlunto ini, paling sedikit akan menampung sekitar 9.600 hingga 10.000 pohon.

“Nah, luasan zona alam atau kawasan eks bekas tambang batubara itu nantinya, lebih banyak diperuntukkan bagi pendidikan, kebudayaan dan kegiatan ekonomi lokal,” tutup Rio Rovihandono.

Sementara itu, Wali Kota Sawahlunto Deri Asta mengapresiasi KEHATI atas terlealisasinya rencana pembuatan Taman Kehati Emil Salim yang sudah di gagas sejak tahun 2019 lalu.

“Kita apresiasi terhadap rencana pembuatan Taman Kehati Emil Salim ini. Lokasi Taman Kehati Emil Salim ini sebenarnya juga merupakan perencanaan pusat kota Sawahlunto,” ujar Deri Asta.

Terkait dengan pengelolaan, menurut Deri Asta selain ada keterlibatan dari Yayasan KEHATI, juga akan melibatkan masyarakat. Bahkan, Pemko Sawahlunto juga sudah menyiapkan kelompok masyarakat yang akan diberdayakan mengelola dan mengembangkan Taman Kehati Emil Salim ini.

Baca Juga:24 Hektare Lahan Bekas Tambang Batu Bara Sawahlunto Jadi Kawasan Konservasi Pencadangan SDA Pertama di Indonesia

“Kita juga sudah siapkan kelompok masyarakat untuk mengelola Taman Kehati Emil Salim ini,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak