SuaraSumbar.id - Tenaga Ahli Utama Kepala Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin tak terima disindir seperti 'preman jalanan' oleh pakar tata negara, Refly Harun.
Ali Ngabalin pun menyerang Refli Harun lewat kicauannya melalui akun Twitter. Menurutnya, Refly adalah orang yang tidak bisa bercermin pada diri sendiri.
"Isi kepala dan hatimu penuh fitnah dan kebencian. Memang mudah melihat kusutnya pakaian orang lain daripada sobeknya pakaian kamu," cuit Ngabalin dikutip dari Hops.id - jaringan Suara.com, Minggu (8/5/2022).
Selain itu, Ngabalin juga mengingatkan Refly Harun untuk menjaga ucapan dan mulutnya.
"Jaga lisan kau karena sesungguhnya se-Indonesia Raya meragukan kepakaranmu. Kenapa setiap pernyataanmu selalu memprovokasi rakyat membenci Jokowi? terlalu kau," cuit Ngabalin.
Sebelumnya, Ngabalin juga menyindir Refly Harun yang menganalisis Presiden Jokowi shalat Idul Fitri di Yogjakarta karena takut kalah saing dengan Anies Baswedan yang menggelar shalat Ied di Stadion JIS.
"Rupanya kawan ini sakit hati banget. Ketahuilah wahai sang profesor, tidak ada yang bisa menghancurkan besi kecuali karatnya, tidak ada yang dapat menghancurkan seseorang kecuali pola pikirnya. Bagaimana mungkin ada pakar hukum seperti kamu bersumbu pendek atau small and low mindset," kata Ngabalin.
Seperti diketahui, Refly Harun sadar analisanya tentang Presiden Jokowi bakal membuat panas Ngabalin dan Ruhut. Hal tersebut disampaikan Refly melalui kanal Youtube pada Jumat (6/5/2022).
"Nah rupanya analisis saya mengenai Jokowi pindah shalat Ied dari Jakarta ke Yogja sudah membuat panas. Paling tidak dua komunikator Istana yang selama ini sering sekali menggunakan narasi atau serangan verbal terhadap siapa pun yang mengkritik Presiden Jokowi," kata Refly Harun.
Baca Juga:Jokowi Pilih Liburan Dibanding Sowan ke Megawati, Pengamat Duga Hal Ini hingga Singgung Luhut Binsar
Menurut ahli hukum tata negara itu, alih-alih menggambarkan sosok intelektualitas, sikap Ngabalin dan Ruhut justru terlihat seperti seorang 'preman jalanan'.
"Mereka mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak menggambarkan intelektualitas. Hanya menggambarkan perilaku 'preman jalanan'. Tapi sekali lagi mohon maaf ya, ini istilah saja dalam tanda kutip tentunya," terangnya.