Kisah Perjuangan Polisi di Daerah Terpencil Tigo Lurah Solok, Berkubang Lumpur Genjot Vaksinasi Malam Hari

Capaian vaksinasi Covid-19 di Sumatera Barat (Sumbar) telah berada di angka 76,19 persen atau melampaui ambang batas nasional.

Riki Chandra
Sabtu, 05 Februari 2022 | 06:45 WIB
Kisah Perjuangan Polisi di Daerah Terpencil Tigo Lurah Solok, Berkubang Lumpur Genjot Vaksinasi Malam Hari
Vaksinasi Covid-19 di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]

"Kami tidak pernah memaksa. Polanya bicara dari hati ke hati. Kalau warga takut mati, kami bilang 'nggak pun divaksin, kalau sudah ajal, mati juga'. Kami dekati tokoh masyarakat, pemuka agama, tokoh adat, dan semua unsur masyarakat. Perlahan-lahan secara terus menerus kami yakinkan tentang manfaat vaksin ini," kata polisi berusia 44 tahun itu.

Aiptu Muhammad Agus terpaksa turun melihat keadaan jalan yang berlumpur saat monitoring vaksinasi di Nagari Garabak Data, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]
Aiptu Muhammad Agus terpaksa turun melihat keadaan jalan yang berlumpur saat monitoring vaksinasi di Nagari Garabak Data, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. [Dok.Istimewa]

Secara berangsur, pemahaman warga tentang vaksinasi mulai membaik. Namun persoalan lainnya, tak mudah menemui masyarakat di Tigo Lurah, terutama mereka yang tinggal di Nagari Garabak Data dan Sumiso. Apalagi, titik kumpul warga di sana berpencar dan tidak ramai. Polisi pun harus maraton setiap hari mengunjungi rumah-rumah warga yang jaraknya berjauhan.

"Nagari Simanau, Rangkiang Luluih, Batu Bajanjang, masih baguslah jalannya. Kalau Garabak Data dan Sumiso, belum sejengkal pun jalannya ditempuh aspal dan semuanya dikelilingi hutan," katanya.

Menurut Agus, jika vaksinasi di lakukan terpusat di Puskesmas Tigo Lurah yang berada di Nagari Batu Bajanjang, niscaya capaian vaksinasi tidak akan pernah tergenjot. Sebab, jarak dari nagari ke nagari cukup jauh dan jalannya sungguh memiriskan, terutama saat musim hujan.

Baca Juga:Kadis Pendidikan Sijunjung Tak Tahu Buku Pembelajaran SD Bernarasi Suku Minang Beragama Katolik Beredar di Medsos

"Memanfaatkan sekolah hingga rumah warga sebagai lokasi penyuntikan. Itu pun kadang lama. Saya pernah jemput warga satu persatu pakai sepeda motor untuk vaksin. Jaraknya tidak terlalu jauh, tapi karena jalan buruk habis waktu 1 jam. Bayangkan kalau vaksinasi terpusat di puskesmas, tidak akan pernah tergenjot capaiannya," katanya.

Vaksinasi Sampai Dini Hari, Laporan ke Puncak Bukit

Kegiatan vaksinasi di Tigo Lurah, terutama di Nagari Garabak dan Sumiso, tidak seperti di tempat-tempat lainnya yang berlangsung mulai pagi hingga sore hari. Mayoritas penyuntikan vaksin Covid-19 di daerah terpencil ini sering berlangsung tengah malam yang dimulai selepas salat magrib.

Vaksinasi malam hari merupakan bagian dari metode yang diciptakan Polri di Tigo Lurah, agar capaian vaksinasi sesuai dengan target yang diharapkan. Alasannya, polisi kesulitan mengumpulkan masyarakat Tigo Lurah di siang hari karena mayoritas penduduk bekerja di ladang, sawah dan berkebun, mencari kayu ke tengah hutan. Rata-rata, warga Tigo Lurah baru berada di rumah menjelang magrib.

"Mereka mau divaksin, tapi kami juga tidak ingin mereka kehilangan pendapatan. Makanya vaksinasi di Tigo Lurah sering berlangsung malam hari, tapi siang hari juga ada," katanya.

Baca Juga:LKAAM Sumbar Janji Telusuri Buku Pembelajaran Bernarasi Suku Minangkabau Beragama Katolik

Menggencarkan vaksinasi di tengah malam sungguh memerlukan nyali dan tenaga ekstra. Tak jarang, polisi dan petugas vaksinasi lainnya berkubang lumpur saat menempuh perjalanan di tengah hutan menuju lokasi vaksin. Kadang, mereka terpaksa jalan kaki dengan jarak lebih 1 kilometer lantaran lokasi vaksinasi tidak bisa dilewati mobil dan sepeda motor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini