Omzet Turun Drastis
Selain penjualan tingkat lokal di Sumbar, hasil tenunan Dewi ternyata sudah merambah pasar Nusantara. Nyaris pesanan telah datang dari berbagai penjuru daerah di Indonesia. Mulai dari Riau, Batam, Jambi, Kalimantan, Jakarta, dan sebagainya. Bahkan, kain tenunnya juga sudah terbang ke Malaysia.
Pemasaran di luar Sumbar itu tak lepas dari promosi Dewi yang memanfaatkan berbagai platform media sosial, disamping juga dipromosikan pemerintah daerah Kabupaten Solok di berbagai ajang pameran dan sebagainya. "Alhamdulillah, pemasaran tenun saya sudah terbang kemana-mana. Pesannya macam-macam. Ada yang dari butik, ada per orangan untuk seragam resepsi pernikahan dan lain-lain," ceritanya.
Laju pemasaran tenun Dewi nyaris tak berhenti sejak 10 tahun terakhir. Namun, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu merubah segalanya. Pesanan kain Tenun Padi Sarumpun turun drastis. Kondisi ini tentu saja tidak hanya dirasakan Dewi, namun juga puluhan juta pelaku usaha lainnya. Beruntung, usaha yang dirintisnya dari nol itu tak sampai gulung tikar.
Baca Juga:Rayakan HUT Ke-31, JNE Yogyakarta Touring Sambil Berkegiatan Sosial
Saking merosotnya, penjualan Dewi pernah hanya mencapai Rp 2 juta per bulan. Padahal biasanya, omzet usahanya berada di kisaran Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per bulan. "Omzet sempat hancur-hancuran. Mana ada orang pesan kain, resepsi nikah dibatasi, kegiatan-kegiatan luar ruangan diatur dan sebagainya," katanya.
![Zartidewita, pemilik usaha "Tenun Padi Sarumpun" di Kabupaten Solok dan sebuah paket kiriman produk tenunnya lewat JNE. [Dok.Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/01/05/51459-tenun.jpg)
Ketika omzet usahanya turun drastis, Dewi terpaksa menggunakan hasil laba penjualan sebelum pandemi untuk menghidupkan kembali geliat tenunan, setelah beberapa pesanan datang. Beruntung, kata Dewi, dia menyisihkan sekitar 40 persen dari laba setiap penjualan sebelumnya untuk ditabung. "Pas ada pesanan lagi, saya ambil uang tabungan itu. Sedangkan modal tetap saya putarkan buat produksi," katanya.
Kini, setelah hampir dua tahun pandemi melanda, usaha tenunan Dewi mulai kembali menerima pesanan dari luar daerah Sumbar. Dia pun kembali bisa mempekerjakan 20 orang karyawannya yang biasa menenun. "Tapi omzet masih belum stabil. Mudah-mudahan tahun 2022 ini kembali lancar," harapnya.
12 Tahun Setia Bersama JNE
Bisnis yang digeluti Dewi tentu saja membutuhkan jasa pengiriman barang. Sebab, pesanan-pesanan pelanggan dari luar daerah Solok, harus diantarkan sesuai jadwal yang disepakati. Dalam hal pengiriman barang, Dewi mengaku setia berlangganan dengan jasa kurir PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Bahkan, sejak awal merintis hingga saat ini, setiap pengiriman produksi tenunnya pasti lewat JNE.
Baca Juga:Lowongan Kerja JNE Deadline 31 Desember 2021, Lulusan SMA/SMK Merapat!
"Sudah 12 tahun saya setia dengan JNE. Kemana-mana pesanan saya yang mengantarnya pasti JNE," katanya.
Dewi mengaku punya banyak alasannya menjatuhkan pilihan setia kepada perusahaan jasa kurir yang kini berusia 31 tahun itu. Paling utama tentu saja soal ketepatan waktu dan tepat sasaran alias tidak salah alamat dalam pengantaran paket.
"Banyak sekali pokoknya. JNE itu hanya mengukur barang dengan berat, tidak dengan volume panjang, lebar dan sebagainya. Selama 12 tahun ini, pesanan saya tidak pernah salah alamat. Ini yang membuat saya selalu merasa aman dan nyaman mengirimkan pesanan pelanggan lewat JNE," katanya.
Dewi juga menceritakan baiknya pelayanan JNE di Kota Solok. Suatu kali, dia pernah terdesak mengantar pesanan pelanggan malam hari. Sedangkan jarak rumahnya ke JNE menghabiskan perjalanan sekitar 30 menit. Lantas, dia menelpon kurir JNE dan memintanya untuk menunggu sebelum tutup pukul 22.00 WIB. Alhasil, permintaan Dewi dikabulkan dan dia dinanti pelayanan JNE.
"Saya nggak nyangka, layanannya sebaik itu. Saya ditunggu malam-malam sampai tutup. Makanya kalau urusan kirim-kirim barang, saya nggak bisa berpindah lagi dari JNE," katanya.
Selain itu, kata Dewi, ongkos kirim (ongkir) dengan JNE juga tidak menguras dompet. Apalagi, banyak program JNE yang dipilih dalam pengiriman barang. "Tenun saya keliling Indonesia itu semua pakai JNE. Semoga layanan JNE semakin baik dan banyak lagi bonus ongkir gratisnya," tutupnya.