Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono mengatakan, dari puluhan konflik tersebut, kasus kemunculan beruang madu paling mendominasi, bahkan hingga menyerang dan melukai manusia.
"Penanganan beruang paling banyak. Tahun ini terjadi dua kali penyerangan beruang terhadap manusia," katanya.
![Tim BKSDA Sumbar berhasil menyelamatkan seekor Harimau Sumatera yang dinamai Kanti Marama di area perkebunan kelapa sawit PT. Pasaman Marama Sejahtera (PMS), Senin (19/07/2021). [Suara.com/ Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/28/26156-harimau.jpg)
Maraknya kemunculan hewan buas, terutama yang hidup di hutan belantara juga bagian dampak dari pembabatan hutan yang selama ini menjadi rumah bagi satwa-satwa langka yang dilindungi. Hal itu dinyatakan Divisi Riset dan Database Walhi Sumbar, Andre Bustamar.
Menurut Andre, flora dan fauna di hutan Sumbar sudah sejak lama hidup berdampingan dengan masyarakat. Menurutnya, deforestasi akan memutus koridor-koridor satwa dan juga merusak rantai makanan ekosistem.
Baca Juga:Gubernur Sumbar Sebut Covid-19 Mustahil Hilang Tanpa Vaksin
"Koridor satwa sangat penting untuk menjaga manusia dan satwa tetap hidup berdampingan. Begitu pun dengan rantai makanan satwa yang terganggu akan menjadi peledakan populasi suatu satwa, serta menurunkan populasi satwa lain, itulah yang biasa disebut tropic cascade," katanya.
Lain halnya dengan Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi. Menurutnya, maraknya konflik hewan buas dengan manusia di Sumbar belum bisa dipastikan karena kerusakan hutan. Perlu kajian lebih lanjut menyangkut hal itu lantaran kawasan hutan di Sumbar masih terjaga.
"Bagi mereka (satwa liar) yang punya daya jelajah lebih jauh akan berpindah ke hutan yang lebih lebat. Apabila mereka tidak sanggup lagi menjelajah, tentu encari makanan secara instan yakni masuk ke perkampungan," katanya.
Seekor harimau atau satwa liar lainnya, belum tentu masuk permukiman warga untuk mencari mangsa. Bisa jadi, satwa-satwa itu ke pinggir hutan dekat pemukiman untuk mengasuh anak-anaknya.
"Anaknya ini kan diasuh dulu baru bisa memangsa dan biasanya (diasuh) di pinggir-pinggir hutan. Jika anak-anaknya ini sudah sigap dan tangkas memangsa, barulah (induknya) melepas anaknya ke hutan belantara," katanya.
Baca Juga:BI Kembali Buka Layanan Uang di Sumbar, Kaltara, Kalsel
Kontributor : B Rahmat