Dokter Reisa Jelaskan Sejumlah Mitos Terkait Vaksin dan Covid-19

Menanggapi hal tersbut, Juru Bicara Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menjawab sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat terkait vaksinasi dan Covid-19.

Eko Faizin
Sabtu, 28 Agustus 2021 | 14:21 WIB
Dokter Reisa Jelaskan Sejumlah Mitos Terkait Vaksin dan Covid-19
Tim Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dokter Reisa Broto Asmoro. (Youtube BNPB I

"Jadi jangan salah kaprah, anak-anak ini bukan berarti kebal dan justru malah kita harus bersedih karena di Indonesia ini tingkat kematian anak karena Covid-19 ini tinggi sekali dibanding negara lainnya. Jadi kita harus hati-hati ekstra jaga anak-anak, ajarkan mereka protokol kesehatan 3M," kata Reisa.

Mitos selanjutnya adalah anggapan bahwa protokol kesehatan dapat diabaikan setelah menerima vaksin Covid-19. Reisa menilai hal itu salah kaprah, karena vaksinasi Covid-19 tidak membuat tubuh menjadi kebal 100 persen.

Vaksin, kata dia, merupakan bagian dari ikhtiar membentengi diri dari penularan Covid-19. Selain vaksin, ikhtiar lain yang harus dilakukan adalah menerapkan protokol kesehatan.

"Nantilah suatu saat kalau misalnya semuanya sudah divaksinasi, kita sudah mempunyai herd immunity atau kekebalan imunitas, barulah kita bisa berharap kita bisa melonggarkan si protokol kesehatan ini," kata Reisa.

Dalam kesempatan itu, Reisa turut menjawab mengenai mitos tentang meminum minyak kayu putih dapat menyembuhkan Covid-19. Dia mengatakan mengonsumsi minyak kayu putih justru dapat membahayakan tubuh dan berpotensi menimbulkan penyakit baru.

Lebih lanjut, Reisa menjawab mengenai mitos yang menyebut imunitas orang yang pernah terinfeksi Covid-19 lebih baik dari orang yang divaksin. Dia mengatakan bahwa daya tahan tubuh yang terbentuk dari orang yang terinfeksi Covid-19 berbeda-beda.

"Ada yang bentuknya ringan, ada yang terbentuknya optimal. Jadi yang lebih baik dilakukan adalah perlindungan justru dari vaksin, karena vaksin itu bisa memberikan perlindungan yang memang sudah tertakar, sudah sesuai rekomendasi, jadi optimal," ujar Reisa.

"Apalagi kalau sempat sakitnya gejalanya ringan, biasanya antibodinya justru tidak terlalu optimal seperti yang diharapkan dan biasanya tidak bertahan lama seperti dari vaksin," sambung dia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini