SuaraSumbar.id - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO meminta negara-negara kaya berhenti menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada anak-anak.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan agar dosis vaksin tersebut lebih baik disumbangkan ke negara-negara yang lebih miskin.
Ia juga memperingatkan bahwa tahun kedua pandemi Covid-19 terlihat akan lebih mematikan dibandingkan tahun lalu.
Tedros menyuarakan kemarahannya tentang sejumlah negara kaya yang mulai memvaksinasi anak-anak dan remaja. Padahal, negara bagian yang lebih miskin baru saja mulai memvaksinasi petugas kesehatan dan kelompok yang paling rentan.
Baca Juga:WHO Bereaksi Keras, Sejumlah Negara Mulai Beri Vaksin Covid-19 pada Anak
Alih-alih menawarkan suntikan kepada orang muda dan sehat, dia meminta dosis vaksin dialihkan pada skema berbagi vaksin global program COVAX untuk memastikan mereka yang paling membutuhkan di semua negara mendapat perlindungan.
"Pada Januari, saya berbicara tentang potensi terungkapnya bencana moral. Sayangnya, kami sekarang menyaksikan permainan ini. Di beberapa negara kaya, yang membeli sebagian besar pasokan, kelompok berisiko rendah sekarang divaksinasi," kata Tedros dikutip dari Channel News Asia.
"Saya mengerti mengapa beberapa negara ingin memvaksinasi anak-anak dan remaja mereka, tetapi sekarang saya mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali, dan sebagai gantinya menyumbangkan vaksin untuk COVAX. Karena di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, pasokan vaksin Covid-19 bahkan belum cukup untuk mengimunisasi petugas kesehatan, dan rumah sakit dibanjiri oleh orang-orang yang sangat membutuhkan perawatan untuk menyelamatkan nyawa," tegasnya.
Hampir 1,4 miliar dosis vaksin Covid-19 telah disuntikkan, setidaknya di 210 wilayah di seluruh dunia, menurut hitungan AFP. Sekitar 44 persen dari dosis tersebut diberikan di negara-negara berpenghasilan tinggi, terhitung 16 persen dari populasi global. Hanya 0,3 persen telah dikelola di 29 negara berpenghasilan rendah, rumah bagi sembilan persen populasi dunia.
Menghadapi ketidaksetaraan dalam akses tersebut, Tedros memperingatkan bahwa dunia kemungkinan akan melihat lebih banyak kematian tahun ini daripada tahun lalu, meskipun vaksin telah tersedia.
Baca Juga:Teori Covid-19 Bocor dari Laboratorium Jangan Disepelekan, WHO Harus Adil
"Kami berada di jalur untuk tahun kedua pandemi ini menjadi jauh lebih mematikan daripada tahun pertama," ujarnya. (Suara.com)