SuaraSumbar.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar) mengusir Harimau Sumatera yang diduga menerkam tiga ekor kerbau warga Sawah Liek Aia Rangek, Jorong Cubadak Lilin, Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam.
Kepala BKSDA Resor Agam, Ade Putra mengatakan, proses pengusiran dilakukan dengan menggunakan bunyi-bunyian berupa meriam karbit dan senjata api.
"Pengusiran harimau itu kita lakukan setiap malam dan pada waktu tertentu. Pengusiran itu dimulai malam ini sampai tiga hari ke depan," katanya, dikutip dari Antara, Rabu (10/3/2021).
Menurutnya, tim BKSDA Resor Agam bakal membunyikan meriam karbit dan senjata api di lokasi serangan harimau tersebut.
Baca Juga:Harimau Sumatera Diduga Terkam Kerbau Warga Agam, 1 Ekor Mati, 2 Luka-luka
"Kita mengusir sampai harimau itu tidak muncul lagi di lokasi tersebut," katanya.
Jika masih muncul, pihaknya akan memasang perangkap di lokasi tersebut. Sebab, BKSDA Resor Agam juga membawa satu unit perangkap yang terbuat dari besi sepanjang dua meter dan lebar satu meter.
"Ini langkah terakhir yang kami ambil dalam menyikapi konflik itu," katanya.
Sebelumnya, seekor kerbau warga Agam diduga mati usai diterkam binatang buas jenis Harimau Sumatera. Peristiwa ini terjadi di Jorong Cubadak Lilin, Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam.
Kabar itu dibenarkan Kepala BKSDA Resor Agam, Ade Putra. Pihaknya mengaku mendapatkan laporan hewan ternak diterkam binatang buas itu pada Senin (8/3/2021) malam.
Baca Juga:Penumpang Pingsan, Driver Ojol di Bukitinggi Malah Kabur Bawa Tas Korban
“Kami dapat laporan adanya 1 ekor induk kerbau mati dengan luka seperti bekas terkaman Harimau Sumatera. Selain itu, 2 ekor anak kerbau juga mengalami luka dengan bekas yang sama," katanya, dikutip dari Covesia.com - jaringan Suara.com, Selasa (9/3/2021).
Kuat dugaan, penerkam hewan ternak warga ini adalah Harimau Sumatera. Hal ini terlihat dari bekas jejak harimau di sekitar lokasi.
Ade mengatakan, lokasi kejadian hanyak berjarak sekitar 2,5 kilometer dari kawasan hutan Cagar Alam (CA).
“Masyarakat setempat memang biasa melepaskan hewan ternak di sekitar kebun, sehingga mudah diserang hewan buas,” katanya.