Riki Chandra
Jum'at, 24 Oktober 2025 | 20:15 WIB
ilustrasi menangis (pexels/Kat Smith)
Baca 10 detik
  •  Menangis membantu melepaskan stres dan menjaga keseimbangan emosional alami.

  • Perempuan lebih sering menangis, dipengaruhi norma sosial dan budaya.

  • Tangisan berlebihan atau absen bisa tanda gangguan kesehatan mental.

SuaraSumbar.id - Menangis bukanlah bentuk kelemahan, melainkan cara alami menjaga kesehatan mental dan menenangkan tubuh dari tekanan emosional.

Ketika seseorang membiarkan diri menangis, hal itu membantu melepaskan stres dan menyeimbangkan kondisi psikologis.

“Menangis itu seperti membersihkan lemari emosi. Kalau dipendam terus, isinya akan menumpuk dan terasa berat. Membiarkan diri menangis sesekali membantumu merasa seimbang dan manusiawi. Setelah seminggu yang penuh tekanan, seseorang mungkin menangis sambil menonton film yang menyentuh hati dan setelahnya merasa 'segar', siap menghadapi hari baru,” kata Serene Lee, seorang psikoterapis dan pendiri pusat konseling ICCT.sg, dikutip dari Antara, Jumat (24/10/2025).

Secara fisik, Lee menjelaskan bahwa menangis memungkinkan tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol dan prolaktin melalui air mata.

Ibarat panci presto, menangis membantu melepaskan tekanan emosi seperti kesedihan, frustrasi, bahkan kebahagiaan. Selain itu, tangisan juga bisa menjadi ekspresi rasa syukur, kelegaan, dan ikatan batin yang mendalam.

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan menangis lebih sering daripada laki-laki, yakni antara 30 hingga 64 kali per tahun, sementara laki-laki hanya lima hingga 17 kali.

Namun, perbedaan ini tidak disebabkan oleh faktor biologis semata seperti hormon prolaktin, melainkan oleh norma sosial dan budaya yang membentuk ekspresivitas seseorang.

“Perempuan, terutama di lingkungan profesional, mungkin khawatir dianggap 'terlalu emosional' atau 'tidak profesional', sehingga mereka menginternalisasi keyakinan bahwa menangis harus disembunyikan,” ujar Alla Demutska, Direktur Klinis Psikoterapi dan Konseling di Sekolah Psikologi Positif.

Sementara itu, banyak pria dididik untuk percaya bahwa menangis adalah tanda kelemahan. Mereka menekan emosi demi mempertahankan rasa kendali atau maskulinitas.

Padahal, menurut Demutska, menangis adalah reaksi alami manusia dan bukan sesuatu yang perlu disembunyikan.

Namun, jika tangisan terjadi terlalu sering atau mengganggu aktivitas harian, hal itu bisa menjadi tanda adanya masalah psikologis yang lebih dalam.

“Menangis tanpa mengetahui alasannya, berulang kali, dapat mengindikasikan kesulitan memahami emosi atau proses disosiatif,” terang Demutska.

Sebaliknya, tidak pernah menangis sama sekali juga dapat menandakan penghindaran emosional atau mati rasa, yang berpotensi membahayakan kesehatan mental seseorang.

Menurutnya, memahami kapan tangisan menjadi bentuk pelepasan sehat dan kapan menjadi tanda gangguan adalah langkah penting dalam menjaga keseimbangan emosi.

Load More