- Abadi setiap pagi memungut sampah laut di Pantai Padang.
- Sampah laut ditukar emas melalui program Pegadaian Bank Sampah.
- Abadi mendapat penghargaan nasional dan hadiah umrah gratis.
SuaraSumbar.id - Setiap pagi, jelang sinar matahari memecah gelombang, Abadi sudah berada di tepi Pantai Muaro Lasak, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Nelayan tua itu memungut sampah plastik, botol, kardus hingga kain dan sandal bekas yang saban hari terseret ombak.
Memungut sampah pinggiran pantai telah menjadi rutinitas lelaki berusia 62 tahun itu, jauh sebelum hadirnya gerakan nasional bersih-bersih sampah laut. "Kalau secara bersama dan berkelompok, baru sejak 4 tahun terakhir. Ke laut mencari ikan dan memungut sampah di pinggir pantai," kata Abadi kepada SuaraSumbar.id, Sabtu (27/9/2025).
Sebagai salah satu penggerak bersih sampah laut di Pantai Padang, Abadi juga telah mendirikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Saiyo Sakato Mandiri. Dia sekaligus memimpin kelompok nelayan beranggota aktif 12 orang itu.
Abadi sudah lebih dari 30 tahun menjadi nelayan di Kota Padang. Dia mengaku telah aktif memungut sampah sejak tahun 1997. Namun, saat itu, sampah-sampah yang dikumpulkan hanya yang terbawa jaring atau pukek (pukat) ke tepian saat menangkap ikan.
"Sampahnya dulu dibakar saja di pinggir pantai. Sekarang semua sampah bisa jadi uang," kata lelaki tamatan SMP itu.
Semangat Abadi mengumpulkan sampah laut semakin meningkat sejak lahirnya gerakan nasional Bulan Cinta Laut (BCL) pada 2022. Apalagi, gerakan BCL memberikan apresiasi kepada para pengumpul sampah melalui beragam program. Aliran sampah yang berhasil dihimpun pun memiliki tujuan yang jelas sehingga memberi manfaat bagi para nelayan yang mengumpulkannya.
"Kelompok Nelayan Saiyo Sakato Mandiri saya dirikan bersama kawan-kawan tahun 2020. Dulu, nama kelompok kami Marcopolo, tapi vakum 2016 karena pembangunan Jembatan Muaro Lasak," katanya.
Empat tahun belakangan, Abadi setia memungut sampah laut di bentangan pantai sepanjang 300 meter. Setiap pagi ia menyisir bibir pantai, mengumpulkan apa saja yang dihempaskan laut.
Abadi tak sekadar memungut sampah laut. Ia mengajak para tetangganya untuk berhenti membuang sampah sembarangan, terlebih ke laut yang menjadi sumber penghidupan mereka. Seruannya perlahan mendapat sambutan baik dari berbagai kelompok masyarakat.
Bagi para nelayan, kata Abadi, memungut sampah laut nyaris tak punya nilai ekonomi. Gerakan ini adalah wujud kepedulian untuk membantu pemerintah menjaga pantai tetap bersih dan indah hingga merawat kehidupan biota laut.
Penghasilan Abadi dari aktivitas memungut sampah juga jauh dari kata besar. Setiap hari ia rata-rata hanya mendapatkan Rp20 ribu atau sekitar Rp750 ribu sebulan. Dalam kondisi paling giat sekalipun, ia bersama kelompoknya hanya mampu mengumpulkan sekitar 50 kilogram sampah per hari.
“Kalau untuk memenuhi hidup sehari-hari tentu tidak cukup. Tapi alhamdulillah, bisa menambah pendapatan,” kata ayah 13 anak itu.
Upaya bersih-bersih sampah laut makin menarik sejak lahirnya program menabung emas lewat sampah dari PT Pegadaian. Hasil pungutan sampah laut itu dipilah, kemudian diangkut ke Bank Sampah Panca Daya binaan PT Pegadaian yang disebut juga Bank Sampah Induk (BSI) di Kecamatan Kuranji.
Sampah jenis plastik, botol air mineral, kaleng susu, kardus, seng bekas hingga besi dan tembaga disalurkan ke Bank Sampah Panca Daya. "Yang dijual ke Bank Sampah Panca Daya itu semuanya menghasilkan emas," kata anak veteran TNI itu.
Selain ketua kelompok nelayan, Abadi juga Direktur Bank Sampah Nelayan Cinta Laut mitra binaan Bank Sampah Panca Daya dan PT Pegadaian Area Padang. Dia yang setiap hari menghimpun sampah lewat Bank Sampah Unit (BSU) dan dibawa ke BSI di Kecamatan Kuranji.
Berita Terkait
-
Merawat Kehidupan Nelayan, Dari Keselamatan di Laut hingga Kesejahteraan Keluarga
-
Harga Emas Kompak Meroket: Galeri24 dan UBS di Pegadaian Naik Signifikan!
-
Dijamu Persiba, Kendal Tornado FC Ingin Lanjutkan Tren Positif dan Intip Peluang ke Papan Atas
-
Di Antara Keriput dan Gelombang: Nelayan Tua yang Tak Berhenti Membaca Laut
-
Belajar dari Kesalahan, Figo Dennis Ambil Hikmah dari Kartu Merah
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
Terkini
-
Pascabanjir Aceh Tamiang: Santri Darul Mukhlisin Siap Kembali ke Sekolah Berkat Kementerian PU
-
Jalan Nasional Aceh Tamiang Dikebut Pulih, Tim Kementerian PU Kerja Lembur Siang-Malam
-
Jalan Nasional MedanAceh Tamiang Kembali Pulih, Aktivitas Warga Mulai Bangkit Usai Banjir Bandang
-
Jembatan Krueng Tamiang Akhirnya Dibuka, Arus Lalu Lintas Aceh Tamiang Kembali Bergerak Lancar
-
Jalur Vital MedanAceh Tamiang Akhirnya Normal Lagi, Warga Bahagia: Kami Bisa Jualan Lagi!