Riki Chandra
Senin, 29 September 2025 | 13:05 WIB
Abadi merupakan Ketua Kelompok Nelayan di Kota Padang. Dia juga Direktur Bank Sampah Nelayan Cinta Laut mitra binaan Bank Sampah Panca Daya dan PT Pegadaian Area Padang. [Suara.com/ Riki Chandra]
Baca 10 detik
  • Abadi setiap pagi memungut sampah laut di Pantai Padang.
  • Sampah laut ditukar emas melalui program Pegadaian Bank Sampah.
  • Abadi mendapat penghargaan nasional dan hadiah umrah gratis.

SuaraSumbar.id - Setiap pagi, jelang sinar matahari memecah gelombang, Abadi sudah berada di tepi Pantai Muaro Lasak, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Nelayan tua itu memungut sampah plastik, botol, kardus hingga kain dan sandal bekas yang saban hari terseret ombak.

Memungut sampah pinggiran pantai telah menjadi rutinitas lelaki berusia 62 tahun itu, jauh sebelum hadirnya gerakan nasional bersih-bersih sampah laut. "Kalau secara bersama dan berkelompok, baru sejak 4 tahun terakhir. Ke laut mencari ikan dan memungut sampah di pinggir pantai," kata Abadi kepada SuaraSumbar.id, Sabtu (27/9/2025).

Sebagai salah satu penggerak bersih sampah laut di Pantai Padang, Abadi juga telah mendirikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Saiyo Sakato Mandiri. Dia sekaligus memimpin kelompok nelayan beranggota aktif 12 orang itu.

Abadi sudah lebih dari 30 tahun menjadi nelayan di Kota Padang. Dia mengaku telah aktif memungut sampah sejak tahun 1997. Namun, saat itu, sampah-sampah yang dikumpulkan hanya yang terbawa jaring atau pukek (pukat) ke tepian saat menangkap ikan.

"Sampahnya dulu dibakar saja di pinggir pantai. Sekarang semua sampah bisa jadi uang," kata lelaki tamatan SMP itu.

Semangat Abadi mengumpulkan sampah laut semakin meningkat sejak lahirnya gerakan nasional Bulan Cinta Laut (BCL) pada 2022. Apalagi, gerakan BCL memberikan apresiasi kepada para pengumpul sampah melalui beragam program. Aliran sampah yang berhasil dihimpun pun memiliki tujuan yang jelas sehingga memberi manfaat bagi para nelayan yang mengumpulkannya.

"Kelompok Nelayan Saiyo Sakato Mandiri saya dirikan bersama kawan-kawan tahun 2020. Dulu, nama kelompok kami Marcopolo, tapi vakum 2016 karena pembangunan Jembatan Muaro Lasak," katanya.

Empat tahun belakangan, Abadi setia memungut sampah laut di bentangan pantai sepanjang 300 meter. Setiap pagi ia menyisir bibir pantai, mengumpulkan apa saja yang dihempaskan laut.

Abadi tak sekadar memungut sampah laut. Ia mengajak para tetangganya untuk berhenti membuang sampah sembarangan, terlebih ke laut yang menjadi sumber penghidupan mereka. Seruannya perlahan mendapat sambutan baik dari berbagai kelompok masyarakat.

Bagi para nelayan, kata Abadi, memungut sampah laut nyaris tak punya nilai ekonomi. Gerakan ini adalah wujud kepedulian untuk membantu pemerintah menjaga pantai tetap bersih dan indah hingga merawat kehidupan biota laut.

Penghasilan Abadi dari aktivitas memungut sampah juga jauh dari kata besar. Setiap hari ia rata-rata hanya mendapatkan Rp20 ribu atau sekitar Rp750 ribu sebulan. Dalam kondisi paling giat sekalipun, ia bersama kelompoknya hanya mampu mengumpulkan sekitar 50 kilogram sampah per hari.

“Kalau untuk memenuhi hidup sehari-hari tentu tidak cukup. Tapi alhamdulillah, bisa menambah pendapatan,” kata ayah 13 anak itu.

Upaya bersih-bersih sampah laut makin menarik sejak lahirnya program menabung emas lewat sampah dari PT Pegadaian. Hasil pungutan sampah laut itu dipilah, kemudian diangkut ke Bank Sampah Panca Daya binaan PT Pegadaian yang disebut juga Bank Sampah Induk (BSI) di Kecamatan Kuranji.

Sampah jenis plastik, botol air mineral, kaleng susu, kardus, seng bekas hingga besi dan tembaga disalurkan ke Bank Sampah Panca Daya. "Yang dijual ke Bank Sampah Panca Daya itu semuanya menghasilkan emas," kata anak veteran TNI itu.

Selain ketua kelompok nelayan, Abadi juga Direktur Bank Sampah Nelayan Cinta Laut mitra binaan Bank Sampah Panca Daya dan PT Pegadaian Area Padang. Dia yang setiap hari menghimpun sampah lewat Bank Sampah Unit (BSU) dan dibawa ke BSI di Kecamatan Kuranji.

Menurut Abadi, sampah-sampah itu ditimbang dan dikonversikan ke rupiah menjadi tabungan emas. Harga sampahnya beragam, misalnya 1 kilogram botol bekas air mineral seharga Rp6.000, kardus bekas Rp1.500, dan juga kertas HVS bekas. Paling tinggi itu harga tembaga.

Hasil penukaran sampah menjadi emas di Pegadaian baru bisa diuangkan setelah berhasil menabung 1 gram emas. "Banyak sekali yang menabung sampah jadi emas. Saya sudah menikmati hasilnya lebih dari 20 gram emas," katanya.

Saat awal mendirikan BSU, Abadi memiliki 100 orang anggota aktif menabung sampah. Dia memang bukan agen resmi PT Pegadian, namun semangatnya #mengEMASkanindonesia lewat menabung sampah jadi emas patut diacungi jempol. Kini, anggota menabung sampah jadi emasnya lebih dari 200 orang. Mereka terdiri dari emak-emak, para nelayan hingga Aparatur Sipil Negara (ASN) di berbagai instansi.

Di sisi lain, Abadi tak menampik bahwa semangat menabung sampah itu cukup berkurang dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu dipicu karena para nelayan butuh uang cepat untuk kehidupan sehari-hari. Namun, ia meyakini gerakan menabung emas lewat sampah itu akan terus berjalan karena ada hasil yang menjanjikan untuk menambah pemasukan dan tabungan masa depan.

"Kalau di Pegadaian baru bisa dijadikan uang setelah 1 gram emas. Tapi saya tetap nabung sampah emas ke Pegadaian," katanya.

Umrah Gratis

Kesadaran menjaga laut bermula datang dari dirinya sendiri. Abadi kini menjadi teladan nyata bagaimana kepedulian pada lingkungan bisa mewujudkan harapan seseorang.

Ketekunan Abadi merawat pantai dari sampah mengantarnya meraih penghargaan tingkat nasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menobatkan Abadi sebagai “Nelayan Terinspiratif 2023” pada puncak Apresiasi Bulan Cinta Laut (BCL).

Pada gerakan BCL 2022 di Kota Padang, Abadi tercatat sebagai pengumpul sampah terbanyak, baik secara perseorangan maupun bersama kelompoknya, KUB Saiyo Sakato Mandiri. Tahun itu, dari 14 provinsi peserta, kelompok yang dipimpinnya berhasil mengumpulkan 12 ton 800 kilogram sampah hanya dalam waktu satu bulan.

Sebagai bentuk apresiasi, Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) menghadiahi Abadi perjalanan umrah gratis ke Tanah Suci Mekkah. Hadiah itu menjadi kejutan paling istimewa dalam hidupnya. Dalam waktu dekat, ia akan memenuhi kerinduan setiap Muslim, yakni beribadah di depan Ka'bah.

“Alhamdulillah. Kalau tidak ada rintangan, janjinya, November 2025 ini saya berangkat umrah,” ucap Abadi penuh haru.

Bagi Abadi, penghargaan dan hadiah hanyalah bonus. Pesannya tetap jangan buang sampah sembarangan di pesisir dan laut. Menurutnya, menjaga laut bukan hanya tugas nelayan, tetapi tanggung jawab bersama, terutama warga yang hidup di kawasan pesisir.

Komitmen Nyata Pegadaian

Bank Sampah Panca Daya sebagai mitra Pegadaian di Padang yang berperan sebagai induk dari puluhan unit BSU di Kota Padang. Fakta ini menjadi bukti bahwa upaya Pegadaian mengEMASkan Indonesia dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya menyulap sampah jadi emas dalam program Memilah Sampah Menabung Emas (MSME).

Dalam rilis resminya, PT Pegadaian menyebutkan bahwa program MSME adalah wujud komitmen Pegadaian pada lingkungan dan masyarakat. Dengan begitu, limbah rumah tangga tidak lagi menjadi beban, melainkan jadi penambah pemasukan karena bisa dikonversi emas melalui bank sampah.

Executive Vice President ESG PT Pegadaian, Rully Yusuf, mengatakan bahwa dukungan Pegadaian terhadap bank sampah nasional merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk pengelolaan sampah dan budaya bersih.

Pegadaian, kata Rully, berkomitmen memperkuat konsep zero waste lewat program Bank Sampah Pegadaian yang sudah berjalan sejak 2018. Kini, program itu dikelola dengan pola “mengemaskan sampah” melalui konversi ke tabungan emas. Setiap orang bisa menabungkan sampah jadi emas ke Pegadaian.

Sepanjang tahun 2024, total sampah yang diserap oleh jaringan bank sampah Pegadaian mencapai 6.669 ton. Sementara itu, jumlah masyarakat yang teredukasi melalui program ini mencapai 46.247 orang. Kemudian, nasabah Tabungan Emas melalui Bank Sampah mencapai 15.329 orang dan jumlah nasabah bank sampah binaan tercatat 47.135 orang.

Terbaru di 2025, Pegadaian meluncurkan beasiswa untuk 599 pengelola dan anak pengelola bank sampah di seluruh Indonesia. Hal itu adalah wujud apresiasi Pegadaian terhadap peran mereka dalam mengelola limbah dan mendidik masyarakat.

“Investasi terbaik bagi masa depan bangsa adalah investasi pada pendidikan. Kami berharap para mahasiswa tidak hanya mampu menuntaskan pendidikan, tetapi juga tumbuh menjadi agen perubahan di lingkungannya masing-masing,” ujar Rully dalam keterangan persnya.

Load More