SuaraSumbar.id - Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah, menegaskan komitmennya untuk menertibkan tambang ilegal yang marak di berbagai wilayah Sumbar.
Menurutnya, persoalan ini tidak bisa diabaikan karena berdampak negatif pada lingkungan, masyarakat, dan ekonomi daerah.
“Lingkungan yang rusak akan membawa masalah berkepanjangan. Karena itu, kita tidak boleh diam. Kita harus bergerak bersama, menata dan menertibkan aktivitas pertambangan agar sesuai aturan,” kata Mahyeldi, Kamis (11/9/2025).
Pernyataan ini disampaikannya usai Forum Group Discussion (FGD) bersama Forkopimda Provinsi Sumbar dan pihak terkait lainnya yang digelar di Auditorium Gubernuran.
Menurut Mahyeldi, percepatan penertiban tambang ilegal memerlukan koordinasi intensif dengan Kementerian ESDM dan aparat penegak hukum.
“Penegakan hukum bukan kewenangan Pemerintah Daerah, tapi merupakan ranah Ditjen Penegakan Hukum Kementerian ESDM dan Kepolisian,” katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat yang hendak menambang agar mengikuti prosedur izin yang berlaku.
Salah satu upaya yang tengah dilakukan Pemprov Sumbar adalah pengusulan pembentukan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) ke pemerintah pusat melalui Kementerian ESDM.
WPR diharapkan menjadi solusi legal bagi masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari aktivitas PETI, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
“Tujuan WPR bukan melegalkan kegiatan ilegal, tetapi memberikan wadah bagi masyarakat lokal untuk menambang secara sah dan aman, sesuai aspek keselamatan dan lingkungan,” ujar Mahyeldi.
Kepala Dinas ESDM Sumbar, Helmi Heriyanto, menyebut aktivitas Penambangan Tanpa Izin (PETI) saat ini tersebar di 200-300 titik, dengan potensi kerugian negara mencapai Rp9 triliun.
Dampak PETI tidak hanya merugikan negara secara material, tetapi juga merusak lingkungan, area pertanian, kualitas air, hingga kesehatan warga.
Pemprov Sumbar telah mengusulkan 15 zona WPR dengan 56 blok ke Kementerian ESDM, mencakup Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya, Pasaman, Pasaman Barat, Sijunjung, dan Solok. Hasil FGD juga menyepakati pembentukan satgas PETI, percepatan WPR, dan sosialisasi intensif kepada masyarakat.
Dengan langkah ini, Gubernur Mahyeldi menegaskan kembali komitmennya untuk menertibkan tambang ilegal, menjaga keseimbangan lingkungan, serta memastikan masyarakat lokal menambang secara sah dan berkelanjutan. (Antara)
Berita Terkait
-
Bahlil Tak Ambil Pusing Soal Tambang Emas di Mandalika: Proses Hukum Aja!
-
Vonis Salah 11 Warga Adat Maba Sangaji, Jatam: Polisi Jadi Tangan Perusahaan Tambang
-
Koalisi Masyarakat Sipil Kecam Vonis Bersalah Warga Adat Maba Sangaji
-
Tragis, 11 Warga Adat Maba Sangaji Divonis Bersalah saat Memprotes Tambang Diduga Ilegal
-
Satgas Sikat Tambang Ilegal di IKN, Ribuan Hektare Lahan Rusak Dipulihkan
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
Terkini
-
4 Mobil Bekas Keren untuk Ibu-Ibu, Harga di Bawah Rp 100 Juta!
-
Optimisme Jangka Panjang: BRI Kembali Siapkan Buyback Saham di Tengah Kinerja Keuangan yang Solid
-
Polisi Tangkap Pria Pemeras Petugas Parkir di Pasar Ateh Bukittinggi
-
QRIS BRI Mudahkan Transaksi di FLOII Expo 2025, Dukung Inklusi Keuangan di Sektor Holtikultura
-
CEK FAKTA: BGN Benarkan Baki Program MBG Mengandung Lemak Babi, Benarkah?