Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Jum'at, 23 Mei 2025 | 11:19 WIB
Diskusi publik bertajuk “Gempuran Tarif AS: Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk?” yang digelar Suara.com dan Core Indonesia di El Hotel Bandung pada Selasa (20/5/2025). [Dok. Suara.com]

“Kami butuh perlindungan yang adil. Jangan pelaku usaha lokal terus-menerus jadi korban eksperimen kebijakan,” ujar Ning.

Tak hanya menyuarakan keluhan, diskusi ini juga menyoroti peluang. Prof. Rina melihat pergeseran rantai pasok global sebagai kesempatan strategis, termasuk rencana relokasi pabrik otomotif ke Jawa Barat.

Kawasan ini dinilai memiliki fondasi kuat dalam industri otomotif, elektronik, tekstil, dan farmasi, serta dukungan riset dari universitas terkemuka.

Faisal menambahkan bahwa strategi utama menghadapi kondisi ini adalah dengan memperkuat kedaulatan pasar domestik melalui pengendalian impor dan peningkatan komponen lokal.

“Pengendalian impor bukan semata proteksionisme, tetapi upaya menjaga standar nasional dan keberlangsungan industri lokal,” tegasnya.

Ia mencontohkan kesuksesan kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang telah menurunkan impor handphone dari 62 juta unit pada 2013 menjadi hanya 4,2 juta pada 2019, sembari mendorong produksi dalam negeri hingga 88,8 juta unit.

Skema TKDN ini juga terbukti efektif dalam mendorong investasi strategis di sektor elektronik, baja, dan kosmetik.

Implementasinya dianggap sebagai pondasi penting membangun ekonomi tangguh, menciptakan lapangan kerja berkualitas, serta memperkuat rantai pasok nasional.

“Di tengah badai ekonomi global, penguatan ekonomi domestik bukan lagi pilihan, tapi satu-satunya jalan,” tegas Faisal menutup sesi diskusi.

Load More