Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Minggu, 23 Februari 2025 | 14:53 WIB
Ilustrasi - Seorang penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki saat mengambil barang-barang rumah tangga di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). [ANTARA/Gecio Viana/am]

SuaraSumbar.id - Sebanyak 250 keluarga korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dipastikan telah pindah dari pos pengungsian lapangan ke rumah hunian sementara. Hal ini dikatakan oleh Direktur Fasilitasi Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB, Nawan Harahap.

"Jumlahnya sekarang 250 keluarga. Ada tambahan 10 keluarga yang baru digeser ke hunian sementara dari pos di lapangan," katanya, melansir Antara, Minggu (23/2/2025).

Dengan demikian, kata Nawan, kondisi saat ini rumah hunian sementara tahap pertama yang berjumlah sebanyak 50 unit kopel (satu rumah untuk dua keluarga) sudah terisi penuh.

Saat ini masih ada 40 unit rumah hunian sementara tahap kedua yang disiapkan untuk ditempati oleh para pengungsi korban erupsi.

BNPB memproyeksikan puluhan rumah sementara tahap kedua yang sedang dibangun prajurit TNI tersebut siap ditempati untuk 200 keluarga lagi.

"Rencananya tanggal 24 Februari nanti rumah kopel tahap kedua sudah siap, ada 200 keluarga lagi yang akan digeser," ujarnya.

Ratusan keluarga yang menempati rumah hunian sementara itu adalah warga dari sejumlah desa di Kecamatan Ile Bura, Titehena, dan Walanggitang, Kabupaten Flores Timur.

Mereka terpaksa dipindahkan karena tempat tinggal mereka rusak akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki pada November 2024.

Sebelumnya, BNPB memastikan sedikitnya 442 unit rumah hunian sementara dibangun untuk ditempati 2.000 keluarga korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Adapun dalam rencana aksi BNPB diketahui hunian sementara tersebut akan ditempati oleh para pengungsi korban erupsi setidaknya sampai urusan penyediaan lahan baru, dan termasuk rumah baru untuk mereka diselesaikan pemerintah.

Nawan memastikan bahwa pihaknya tetap memberikan akses bantuan kedaruratan seperti makanan hingga pendidikan anak, selama masih ada warga yang mengungsi baik di pos lapangan maupun di rumah kerabat atau keluarga masing-masing.

"Dana Tunggu Hunian senilai Rp 600 ribu per bulan untuk selama enam bulan juga sudah siap disalurkan kepada pengungsi yang menempati rumah kerabatnya," katanya.

Load More