Sendi juga menamai komposisi musiknya dengan nama yang sama dibantu Andre Dwi Wibowo. Mereka berdua berkolaborasi dengan Febi Juliko, yang menggubah lirik, dan memainkan talempong; Pandu Winata yang memainkan rabab dan gendang; M Danel dan Fito Septriawan membuat alat musik pukul serupa kentongan dari bambu; serta Zahrati Saslabilah yang akan mendendangkan lirik gubahan Febi sembari ikut memainkan telempong.
Sejak rangkaian penelitian di pertengahan 1980-an yang hasilnya tidak tersampaikan ke masyarakat itu, berbagai asumsi berkembang di masyarakat. Siapa para pendahulu yang mendirikan menhir-menhir itu? Bagaimana mereka hidup? Adat apa yang mereka pakai? Begitu banyak cerita tentang umur peradaban dan asal-usul manusia Maek. Begitu banyak asumsi soal kaitan Maek dengan sistem adat Minangkabau dan bahkan asal-usul masyarakat Minangkabau itu sendiri.
Begitu banyak misteri dan teka-teki yang belum terjawab. Banyak yang mesti terus ditelusuri dan dicari.
Ini adalah situasi yang tak menentu, yang sampai batas tertentu menimbulkan semacam kegelisahan yang dipicu rasa kehilangan dan keterputusan dengan masa lalu. Mengutip catatan kuratorial, peradaban Maek itu sendiri adalah suatu terra incognita.
“MASA” bisa juga dilihat sebagai respon atas situasi tersebut. Di sepanjang pertunjukan, masing-masing tubuh penari yang bergerak merespon menhir-menhir di Situs Balai Batu dengan caranya sendiri-sendiri, juga bisa diposisikan sebagai cerminan respon umum masyarakat Maek atas situasi yang serba belum jelas tersebut.
Seperti potongan sinopsis pertunjukan “MASA” yang dikutip dari Buku Saku Festival Maek:
“Dari batu, ada sejarah yang terseret-seret dengan jejak yang panjang. Memeluk menhir akan dirasakan resonansinya. Simbol yang terukir justru akan menyentak-nyentak arteri dalam melepaskan guruh sampai melewati Bukit Posuak.
MASA merupakan pencarian identitas dengan melakukan bolak-balik gerak, timbul-tenggelam bunyi dari hilir-mudik panggung.
MASA ingin menemukan simbol yang hilang pengertian oleh arus sungai. Mengklasifikasi bentuk batu yang meloncat-lenyap ke dalam hutan. Sekaligus, menyingkap narasi yang terkubur begitu dalam.”
Purnama menerangi Situs Menhir Balai Batu malam itu, memperkuat tata cahaya yang tampaknya berusaha menghadirkan suasana remang-remang senja. Setelah ‘puas’ berinteraksi dan menyambungkan diri dengan dengan menhir-menhir, para penari menyudahi pertunjukannya. Alunan musik berhenti. Sebagian penonton tampak terpana sesaat, sebelum memberi applaus. Para kerabat, orang tua, para penari anak nagari Maek, terpancar kebanggan di matanya.
Festival Maek yang dimulai sejak tiga hari sebelumnya Rabu 17 Juli 2024, resmi berakhir malam itu. Tapi bagi para penari dan pemusik, ini adalah awal baru.
“Kami akan buat karya sendiri nanti.” Demikian kata Dela Sevana, salah satu penari, ketika ditanya tim media sesaat sebelum pertunjukan dimulai. Begitu pula dengan Febi dan tim pemusik. Mereka punya rencana membuat komposisi musik lagi, dengan Maek bersama segala misteri dan kekayaan budayanya sebagai bahan baku. Ilmu yang mereka dapat dari para fasilitator bakal mereka kembangkan kedepannya, menjadi media bagi Maek untuk bicara pada dunia.
Jeff, Bianca, dan Janette, berpelukan dengan penari dan pemusik. Sinar purnama membuat wajah haru bercampur bahagia mereka tampak cukup jelas. Mereka baru saja terlibat dalam suatu peristiwa budaya bersejarah: site-specific performance kolaboratif yang jarang-jarang dipraktekkan di Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
Pilihan
-
Usai Terganjal Kasus, Apakah Ajaib Sekuritas Aman Buat Investor?
-
Bocor! Jordi Amat Pakai Jersey Persija
-
Sri Mulyani Ungkap Masa Depan Ekspor RI Jika Negosiasi Tarif dengan AS Buntu
-
Olahraga Padel Kena Pajak 10 Persen, Kantor Sri Mulyani Buka Suara
-
Sering Kesetrum Jadi Kemungkinan Alasan Ade Armando Dapat Jatah Komisaris PLN Nusantara Power
Terkini
-
Irsyad Maulana Pulang ke Semen Padang FC, Kabau Sirah Juga Gaet Bek Portugal Jelang Liga 1 2025/2026
-
Menpora Dito Ariotedjo Dorong Pencak Silat Jadi Daya Tarik Pariwisata Sumbar, Ini Alasannya
-
Waspada Tautan Saldo Gratis Palsu, Ini Daftar 5 Link DANA Kaget Asli 3 Juli 2025!
-
Anak Harimau Sumatera Mati di TMSBK Bukittinggi, Diduga Kelainan Genetik
-
3 Hack Foto Bikin Konten FYP dengan Galaxy S25 Edge