Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Sabtu, 09 Desember 2023 | 18:15 WIB
Abadi merupakan nelayan penggerak budaya bersih sampah laut yang merupakan Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Saiyo Sakato Mandiri di Kota Padang, Sumbar. [Suara.com/Riki Chandra]

Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang mengungkapkan bahwa warga Padang memproduksi lebih 600 ton sampah setiap hari. Sampah tersebut menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin. Bahkan, TPA yang terletak di Kecamatan Koto Tangah itu diprediksi penuh tahun 2026 mendatang.

Masalah sampah laut tak kalah serius, terutama sampah plastik. Data Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) mengungkap bahwa produksi sampah plastik di laut Indonesia mencapai 398.000 ton pada 2022. Angka tersebut turun 35,36 persen dibandingkan 5 tahun atau 2018.

Pemerintah berupaya menekan jumlah sampah plastik di laut Indonesia. Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut yang menargetkan pengurangan sampah plastik di laut hingga 70 persen pada 2025 mendatang.

Gerakan nasional BCL juga wujud kerja nyata Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengurangi sampah di laut. Program bersih-bersih sampah BCL hadir sejak 2022 dan telah melibatkan ribuan nelayan di 18 kabupaten dan kota di Indonesia.

"BCL memberdayakan nelayan dan masyarakat untuk membersihkan sampah laut bersama-sama. Ini demi menjaga biota di laut," kata Analis Pengusahaan Jasa Kelautan di UPT KKP Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, Hadi Prayitno, Selasa (5/12/2023).

Wilayah kerja BPSPL Padang sendiri mencakup 7 provinsi. Mereka yang menjadi 'mata' dan 'telinga' KKP di daerah. Petugas BPSPL memantau dan memastikan kelanjutan dari gerakan BCL tersebut di lapangan.

Saat ini, kata Hadi, ada 8 Kelompok Usaha Bersama (KUB) nelayan di Kota Padang yang aktif memungut sampah laut setiap hari. Jumlah nelayan terlibat mencapai 75 orang. Kelompok tersebut terlebih dahulu divalidasi sebelum dinyatakan bergabung dalam gerakan BCL.

Hadi mengatakan, isu sampah pesisir laut Indonesia sudah mendunia. Atas dasar itu, perlu kolaborasi berbagai pihak untuk menanganinya, seperti Pemprov Sumbar, Pemko, Pemkab, stakeholder terkait lainnya hingga masyarakat luas. Dengan kata lain, tidak tertumpu pada KKP semata.

"Menjaga kesehatan laut dengan menggugah kesadaran semua orang peduli sampah. Dampaknya buruk sekali karena bisa merusak biota laut," bebernya.

Salah satu tujuan dari gerakan BCL adalah membangun kepedulian masyarakat, khususnya nelayan, untuk peduli terhadap sampah laut. Sebab, salah satu penyebab sampah plastik mencemari laut adalah ulah perangai manusia yang buang sampah sembarangan. "Mari bersama merawat laut agar biotanya terus terjaga," katanya.

Load More