"Satu pukek biasanya 10 orang. Tapi yang tidak anggota KNKAP juga boleh ikut maelo pukek, tidak ada batasan," katanya.
Jamal mengatakan, hasil tangkapan ikan hari ini memang jauh berbeda dibandingkan dengan tangkapan 30 tahun lalu. Dulu, masih ada ikan-ikan berukuran besar ke pinggir pantai. Kini semua ikan pukek berukuran kecil.
"Ikan jarang ke tepi, sedangkan kami nelayan pukek tapi (tepi). Mereka yang cari ikan ke tengah laut namanya pukek payang. Menarik jaringnya dari kapal saja dan talinya pendek, beda dengan kami yang pakai tali panjang," kata kakek 63 tahun itu.
Para tukang pukek di Padang, kata Jamal, hanya mencari sesuap nasi. Tidak mungkin mencari kaya dengan hasil tangkapan ikan puluhan kilogram sehari. Ikan hasil maelo pukek tidak berton-ton seperti nelayan pencari ikan ke tengah laut dengan menggunakan kapal dan berhari-hari.
Baca Juga: Punya Program Asuransi Nelayan dan Peningkatan Kesejahteraan, Ganjar Kembali Dapat Dukungan
"Hasil tangkapan tergantung rezeki dan itu tidak bisa direncanakan. Kita hanya menikmati kekayaan laut, tidak ngasih ikan makan. Makanya harus selalu bersyukur dengan apapun hasilnya," katanya.
Memperkaya Destinasi Wisata Pantai Padang
Aktivitas maeolo pukek menjelma menjadi destinasi wisata. Kondisi ini terlihat setiap hari Sabtu-Minggu. Masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tukang elo pukek. Mereka berfoto dengan tukang pukek hingga menyaksikan ikan-ikan segar dikeluarkan dari jaring pukek.
Sejumlah anak-anak bebas berenang riang di sela-sela pria dewasa sedang maelo pukek. Anak-anak itu ikut mengambil ikan-ikan yang lepas dari jaring ketika nelayan hendak memindahkan tangkapannya ke dalam ember.
Di pinggir pantai, puluhan masyarakat tampak menunggu kedatangan ikan pukek. Ada yang duduk sembari memperhatikan tukang elo pukek. Saat dua pelampung pukek mendekat ke pinggir, mereka pun menyonsong tukang elo pukek untuk melihat ikan yang didapatkannya.
Baca Juga: OMG Jatim Distribusi Peralatan Melaut untuk Nelayan di Pesisir Selat Madura
"Saya sudah empat kali ke sini. Ikannya enak dan harum sekali digoreng," kata Ratna Nesti (32), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang.
Ratna mengaku tahu tentang ikan pukek ini dari tetangganya. Pertama membeli ikan pukek, dia pergi bersama tetangganya itu. Setelahnya, ia mengaku kecanduan karena ikannya segar. "Anak-anak saya suka ikannya. Gurih sekali," katanya.
Begitu juga dengan Sari (35), warga Cengkeh, Kecamatan Lubuk Kilangan. Dia kerap membawa anaknya bermain setiap hari Minggu ke pantai Padang untuk menyaksikan aktivitas maeolo pukek. "Kadang pergi main saja, kadang beli ikan juga. Enaknya lihat maelo pukek ini karena bisa sambil wisata dan beli ikan segar," katanya.
Ketua KNKAP Kota Padang, Jamal, membenarkan bahwa aktivitas maeolo pukek sudah menjadi destinasi wisata baru di kawasan pantai Padang. Lebih-lebih setelah berdirinya Gapura Kampung Tematik Elo Pukek yang diresmikan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono pada Minggu (21/8/2022) lalu, saat puncak Exploring Mandeh: Road to Bulan Cinta Laut (BCL) di Pantai Purus, Kota Padang.
"Kami tentu bangga karena maelo pukek adalah tradisi menangkap ikan ramah lingkungan dan tidak merusak. Itu sudah diakui Menteri KKP dan beliau berikan hadiah Gapura Elo Pukek sebagai wujud kepeduliannya. Alhamdulillah kini kawasan ini sudah makin ramai dikunjungi orang," katanya.
Menurut Jamal, mungkin saja orang datang awalnya hanya untuk melihat maelo pukek. Namun setelah itu, mereka akan berangsur membeli ikan-ikan segar dari nelayan. "Makin ramai orang yang datang tentu kami makin senang. Sebab ujung-ujungnya nanti mereka beli ikan," kata Jamal sembari tertawa.
Berita Terkait
-
Pasokan Solar untuk Nelayan Minim dan SPBN Tak Beroperasi, Begini Respon Menteri KKP
-
Harga BBM Naik, Menteri KKP Akui Nelayan Ngeluh soal Kesediaan Stok Solar
-
KKP: Belum Ada Kepastian Tambahan Kuota BBM Subsidi untuk Nelayan
-
KKP Minta Tambahan Anggaran Rp 663 Miliar, Di Hadapan DPR Beri Alasan Ini
-
Dukung Pelestarian Budaya Maelo Pukek Nelayan di Ranah Minang, Menteri KKP: Kearifan Lokal Harus Dijaga
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- Asisten Pelatih Liverpool: Kakek Saya Dulu KNIL, Saya Orang Maluku tapi...
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Pengganti Elkan Baggott Akhirnya Dipanggil Timnas Indonesia, Jona Giesselink Namanya
- Berapa Harga Sepatu Hoka Asli 2025? Cek Daftar Lengkap Model & Kisaran Harganya
Pilihan
-
Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
-
Kata-kata Jordi Amat Usai Gabung ke Persija Jakarta
-
7 Rekomendasi Merek AC Terbaik yang Awet, Berteknologi Tinggi dan Hemat Listrik!
-
Daftar 7 Sepatu Running Lokal Terbaik: Tingkatkan Performa, Nyaman dengan Desain Stylish
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
Terkini
-
7 Link DANA Kaget Asli Terbaru, Klaim Saldo Gratismu Sekarang Juga!
-
Irsyad Maulana Pulang ke Semen Padang FC, Kabau Sirah Juga Gaet Bek Portugal Jelang Liga 1 2025/2026
-
Menpora Dito Ariotedjo Dorong Pencak Silat Jadi Daya Tarik Pariwisata Sumbar, Ini Alasannya
-
Waspada Tautan Saldo Gratis Palsu, Ini Daftar 5 Link DANA Kaget Asli 3 Juli 2025!
-
Anak Harimau Sumatera Mati di TMSBK Bukittinggi, Diduga Kelainan Genetik