Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Selasa, 18 Oktober 2022 | 06:05 WIB
Perjalanan Bhabinkantibmas Nagari Tanjung Balik Sumiso Brigadir Polisi Satri Mairial di Jorong Tanjung Balik dan Sariak Laweh melewati jalan tak beraspal dan cukup berbahaya saat musim hujan. [Suara.com/Istimewa]

"Tokoh-tokoh adat di nagari ini sangat terbuka dan bersahabat. Jadi jika terjadi masalah, kami tinggal berkomunikasi dengan beliau. Makanya jarang pertikaian dan konflik sampai ke meja hijau," katanya.

Hal itu juga dibenarkan Bhabinkantibmas Nagari Batu Bajanjang Bripka Junizal Efendi. Menurutnya, meski terpencil dan jauh dari pusat pemerintahan, masyarakat di Tigo Lurah sangat mudah bergaul asalkan pendekatannya dilakukan dari hati ke hati. Kondisi tersebut telah dilewatinya sejak menjadi Bhabin mulai tahun 2016 lalu.

"Cukup mudah bagi kami memberikan penyuluhan program-program pemerintah dan Polri. Buktinya vaksinasi di daerah ini cukup baik capaiannya," katanya.

Junizal mengatakan, persoalan di Tigo Lurah sebetulnya hanya soal jarak yang jauh dan aksesnya masih banyak yang buruk, terutama di Nagari Sumiso dan Garabak Data. Sedangkan di tempatnya berdinas, yakni Nagari Batu Bajanjang akses jalannya sudah baik lantaran berada di pusat pemerintahan kecamatan.

Baca Juga: Mengenal Irjen Teddy Minahasa, Gantikan Listyo Sigit Prabowo Jadi Kapolda Banten Hingga Tersandung Kasus Narkoba

"Kalau konflik di sini kebanyakan soal tanah dan berkelahi. Sebisa mungkin selalu kami carikan jalan damai dan tidak sampai ke proses hukum," katanya.

Banyak faktor dan alasan kenapa mayoritas pertikaian masyarakat di Tigo Lurah dibicarakan secara musyawarah. Paling utama tentu saja karena mempertimbangkan biaya kedua belak pihak yang berkonflik. Sebab, jarak kantor Polsek Payung Sekaki cukup jauh, apalagi jika harus sampai ke Polres Solok dan berlanjut ke persidangan.

"Kasus-kasus kecil rata-rata selesai dengan musyawarah. Jarang sekali yang sampai diproses hukum, kecuali kasus-kasus kategori besar dan tidak bisa didamaikan," katanya.

Senada dengan itu, Kanit Reskrim Polsek Payung Sekaki Aipda Golet Rusli mengatakan, angka kriminal di Tigo Lurah sangat rendah. Jarang sekali terjadi kasus pencurian. "Kriminal minim. Yang banyak itu kasus-kasus penganiayaan ringan, masalah tanah. Tapi rata-rata diselesaikan dengan musyawarah," katanya.

Menurutnya, persoalan masyarakat yang tidak fatal seperti pembunuhan, pencurian besar, penganiayaan berat atau masalah narkoba, pihaknya selalu mengedepankan Restorative Justice atau pendekatan mencari solusi terbaik bagi keadilan korban dan pelaku. Jika pendekatan itu tidak membuahkan hasil, baru dilanjutkan ke proses pidana dan sebagainya. "Yang jelas kami carikan solusi dengan musyawarah dulu, kalau tak bisa baru dilanjutkan," katanya.

Baca Juga: Begini Cara Culas Irjen Teddy Minahasa dalam Jaringan Narkoba, Berkomplot dengan Bawahan

Upaya Bhabinkamtibmas di Tigo Lurah dalam menyelesaikan konflik, pertikaian dan kasus-kasus kecil di nagari dengan cara bermusyawarah, sesuai dengan arahan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dia meminta agar para Bhabinkamtibmas menjadi problem solving alias pencari solusi masalah yang sedang dihadapi masyarakat.

Bersinergi dengan Pemerintah

Sinergitas Bhabinkamtibmas di Tigo Lurah dengan pemerintah nagari dan kecamatan tak perlu diragukan lagi. Para Bhabin ikut 'berdarah-darah' dalam segala program pemerintah. Lebih-lebih saat memacu angka vaksinasi Covid-19 tahun lalu. Mereka sampai berkubang lumpur malam hari, tak tidur hingga pulang dini hari.

Begitu juga saat pemilihan umum (Pemilu), Pilkada hingga pemilihan wali nagari. Para Bhabinkamtibmas mengawal suara-suara masyarakat di pelosok Kabupaten Solok itu. "Semuanya sesuai tugas kami. Mengayomi masyarakat dan bersinergi dengan pemerintah," kata Brigadir Satri.

Kenangan Brigadir Satri saat mendistribusikan logistik Pemilu ke daerah paling ujung Nagari Sumiso di Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumbar. [Suara.com/Istimewa]

Saat vaksinasi Covid-19, para Bhabinkantibmas sering tidur di nagari. Sebab, vaksinasi di Tigo Lurah kerap berlangsung malam hari, terutama di Nagari Sumiso dan Garabak Data. Hal itu dilakukan lantaran petugas tidak ingin mengganggu mata pencaharian masyarakat. "Warga Tigo Lurah rata-rata pagi sampai sore itu di ladang. Makanya vaksinasi sering dilakukan malam hari, tapi itu di nagari Sumiso dan Garabak Data yang sering," katanya.

Cukup berat membujuk masyarakat untuk menjalani vaksinasi. Para Bhabinkantibmas harus mengunjungi rumah-rumah warga dan meyakinkan mereka tentang pentingnya vaksin Covid-19. Penyuntikkan vaksin pun tidak tersentral di Puskemas. Ada yang di rumah warga, sekolah dan sebagainya. "Ada yang kami jemput pakai sepeda motor dari rumahnya untuk vaksin. Sering juga vaksinas malam hari itu selesainya dini hari," katanya.

Load More