Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Senin, 05 September 2022 | 19:14 WIB
Nelayan di kawasan Pantai Padang, Sumatera Barat. [Suara.com/B Rahmat]

SuaraSumbar.id - Sejumlah nelayan di kawasan Pantai Padang, Sumatera Barat (Sumbar), mulai kencangkan ikat pinggang usai kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak). Artinya, mereka mulai mengirit kebutuhan sehari-hari.

Salah seorang nelayan bernama Alinudin mengaku terpaksa membatasi jarak melaut. Biasanya saat melaut dirinya pulang sore, namun sekarang dibatasi hingga sampai siang.

"Biasanya sekali berangkat membutuhkan modal Rp100 ribu untuk minyak. Pulangnya sore sekitar pukul 18.00 WIB. Tetapi sekarang hanya sampai pukul 14.00 WIB sudah pulang," katanya saat ditemui SuaraSumbar.id, Senin (5/9/2022).

Pria 54 tahun ini mengeluhkan saat ini juga sudah susah untuk mendapatkan ikan karena kondisi terumbu karang sudah mulai rusak. Ditambah dengan naiknya harga BBM. Pada akhirnya berdampak kepada penghasilan.

Baca Juga: Kawat Berduri Saat Demo Tolak Kenaikan Harga BBM Dekat Istana Jebol, Polisi Langsung Evaluasi

"Di samping ikan sudah mulai kurang, ditambah lagi dengan kenaikan harga minyak. Dalam satu bulan itu biasanya kami Rp1 juta. Kalau sekarang, untuk mendapatkan Rp1 juta aja udah susah," tuturnya.

Alinudin juga harus mengirit kebutuhan sehari-hari karena yang dipikirkan adalah untuk biaya kedepannya.

"Yang kita pikirkan adalah istri di rumah. Sebab hasil melaut itu tidak menentu. Kadang-kadang dapat banyak, namun sering hanya sekedar pelepas modal saja," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Uwan (57). Ia mengaku saat BBM naik otomatis harga kebutuhan lain juga melonjak.

Bahkan, kata uwan, harga peralatan memancing saat ini juga dua kali lipat dari harga biasanya.

Baca Juga: Hasil Liga 2 2022/2023: Deltras Sidoarjo Menang 3-1 Atas Putra Delta Sidoarjo, Indra Setiawan Cetak Gol Indah

"Ini sudah sangat memprihatinkan. Ketika BBM naik, tetapi harga ikan tidak pernah ikut naik. Kalaupun harga ikan ikut melonjak, berdampak kepada menjualan yang semakin kurang. Karena masyarakat lebih memilih konsumsi bahan yang lebih murah," ucapnya.

Uwan berharap pemerintah mendengar keluh kesah para nelayan. Meminta harga minyak kembali turun seperti biasanya. Karena pekerjaan yang mereka lakoni itu sangat bergantung dengan minyak.

"Yang kami butuhkan saat ini hanyalah kepedulian pemerintah, terutama terhadap nelayan tradisional seperti kami ini. Karena hasil penangkapan, hanya sekedar menutupi kebutuhan pokok kami sehari-hari," ujarnya.

Harapan itu juga disampaikan Indrayani. Karena selama ini pemerintah kurang memperhatikan kondisi nelayan tradisional yang berada di Pantai Padang, terutama terkait bantuan.

"Sebanyak 22 nelayan yang berada di Pantai Padang tidak semuanya tersentuh bantuan. Kalaupun dibantu, hanya Rp 150 ribu per bulan. Tentu jumlah itu tidak akan cukup," katanya.

Diberitakan, Presiden Jokowi resmi mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Perubahan harga itu cukup besar.

Pertalite naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, Solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter.

Tidak hanya kenaikan BBM, harga kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya pun juga ikut melonjak. Tentu kebijakan itu menuai protes dari kaum buruh dan masyarakat menengah ke bawah, diantaranya adalah nelayan.

Kontributor : B Rahmat

Load More