SuaraSumbar.id - Aktor Lukman Sardi teringat masa kecilnya sebagai pemain biola legendaris, Idris Sardi, ketika mendalami peran komponis Ismail Marzuki dalam monolog "Senandung di Ujung Revolusi".
Merasakan hidup di dunia pemusik yang memegang teguh idealisme membantunya menyelami karakter Ismail Marzuki.
"Aku tahu bagaimana kehidupan pemusik idealis, bagaimana kegelisahan dia tiap malam, bagaimana dia berproses, itu salah satu yang menguntungkan aku bisa menyelami lebih dalam. Bagaimana Ismail Marzuki punya kegelisahan. Ini jadi seperti refleksi, kayak saya kembali ke masa kecil balik bersama bapak saya," tutur Lukman Sardi, Senin (15/8/2022).
Di sela-sela kesibukannya, Lukman Sardi menyempatkan diri di tengah keheningan untuk sekadar membaca ulang naskah monolog atau memegang biola yang kembali ia mainkan berkat pementasan ini.
Tokoh Ismail Marzuki, yang namanya dijadikan pusat kesenian di Jakarta, cukup familiar untuk Lukman Sardi. Kakeknya adalah pemusik yang bersahabat dengan Ismail Marzuki.
Bahkan, sebelum pertunjukan, ibunya mengunggah foto lama di mana sang ayah dan kakak tertua sedang bertandang ke rumah Eulis di Bandung, istri Ismail Marzuki. Pentas ini merupakan monolog perdana untuk Lukman Sardi meski dia sudah beberapa kali bermain teater.
Membintangi monolog Ismail Marzuki membuat Lukman Sardi tersentil karena merasa semakin tidak tahu apa-apa dengan sejarah Indonesia. Sentilan itu mendorongnya untuk terus belajar dan menyampaikan informasi ini kepada buah hati agar tetap memahami akar sejarah dan bangsa mereka.
Melalui judul "Senandung di Ujung Revolusi", ada pernyataan yang terang diungkapkan bahwa revolusi kemerdekaan tidak melulu berkisah tentang bunyi bedil atau urat leher diplomasi.
"Senandung di Ujung Revolusi" menceritakan bagaimana di usia 17 tahun, Ismail menciptakan lagu "O Sarinah", yang mengajak para perempuan desa untuk giat bekerja di sawah agar dapat membangun negara. Sejak itu, dalam pasang surutnya sebagai pemusik dan juga penyanyi, Ismail seperti tak henti mencipta lagu.
Masa kreatifnya sebagai musisi terjadi di saat penjajahan Jepang, sampai agresi militer oleh Belanda akhir tahun 1940-an. Lagu ciptaannya yang populer seperti "Rayan Pulau Kelapa" "Sapu Tangan dari Bandung Selatan", "Indonesia Pusaka", dan "Sepasang Mata Bola", telah menjadi inspirasi para pejuang di garis depan.
Baca Juga: Lukman Sardi Angkat Fenomena Perjodohan Bangsawan di Serial Royal Blood
Bersama kelompoknya, Ismail kerap menghibur para pejuang di tempat-tempat persembunyian mereka. Ismail Marzuki meninggal di usia 44 tahun, pada tanggal 25 Mei 1958, Ismail tercatat telah menciptakan lebih dari 200 lagu. (Antara)
Berita Terkait
-
Resmikan Revitalisasi Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin, Anies: Ini Janji Kampanye Kami
-
Begini Wajah Baru Perpustakaan Umum di Taman Ismail Marzuki
-
Meriahkan HUT Jakarta, Deretan Ondel-ondel Raksasa Mejeng di TIM
-
Mulai Gelar Acara Lagi, Pengerjaan Revitalisasi TIM Capai 91,64 persen
-
Buka Pameran Bulan Seni Rupa di TIM, Anies: Ini Malam yang Membahagiakan
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
- Thijs Dallinga Ogah Bahas Peluang Bela Belanda, Sepakat Perkuat Timnas Indonesia?
- 1 Detik Naturalisasi 9 Pemain Keturunan Ini Harga Pasaran Timnas Indonesia Tembus Rp 1 Triliunan!
Pilihan
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
Terkini
-
Bantah 17 Mahasiswa KKN Unand Hilang di Limapuluh Kota: Sedang Survei Perkebunan Kopi!
-
Forum KONI se-Sumbar Kecam Penyegelan KONI Sumbar: Dukung Proses Hukum dan Legalitas Kepengurusan!
-
Tol Padang-Sicincin Resmi Berbayar Mulai 2 Agustus 2025, Berapa Tarifnya?
-
Kronologi 24 Orang Hilang di Hutan Pauh Sangik Limapuluh Kota, Semua Selamat!
-
Menuju Haul Bung Hatta ke-123, Puncaknya Digelar di Jam Gadang!