Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Rabu, 12 Januari 2022 | 16:15 WIB
Seorang perempuan Afghanistan menggendong anaknya di tengah orang-orang yang menunggu paket bantuan yang disalurkan oleh sebuah kelompok bantuan kemanusiaan Turki. [Dok.Antara/Reuters]

SuaraSumbar.id - Taliban membayar gaji ribuan pegawai di sektor publik Afghanistan dengan gandum hasil sumbangan dari negara lain. Kondisi krisis keuangan di Afghanistan pun kini kian meningkat.

Pemerintahan Taliban mengumumkan pembayaran dengan gandum yang merupakan program "makanan untuk pekerjaan" itu pada Selasa (11/1/2022).

Gandum hasil sumbangan itu digunakan oleh Taliban untuk membayar 40.000 pekerja dengan 10 kilogram gandum per hari atas pekerjaan lima jam sehari, kata para pejabat pertanian pada konferensi pers.

Gandum itu sebagian besar disumbangkan oleh India kepada pemerintahan Afghanistan sebelumnya, yang didukung Amerika Serikat.

Baca Juga: Miris! Bukan Pakai Uang, Taliban Bayar Ribuan Pegawai Dengan Gandum

Skema "makanan untuk pekerjaan" (food for work) itu, yang sebagian besar telah diberlakukan untuk membayar para pekerja pada program pekerjaan umum di Kabul, akan diperluas ke seluruh negeri, kata Taliban.

"Kami siap membantu rakyat semampu kami," kata Fazel Bari Fazli, wakil menteri administrasi dan keuangan di kementerian pertanian.

Pemerintah Taliban telah menerima tambahan 18 ton gandum dari Pakistan dan dijanjikan tambahan 37 ton gandum. Selain itu, Taliban sedang menjalankan negosiasi dengan India untuk mendapatkan 55 ton gandum, menurut Fazli.

"Kami punya banyak rencana untuk program 'food for work'," katanya.

Sejauh ini masih belum jelas berapa banyak dari gandum yang disumbangkan akan digunakan sebagai bantuan kemanusiaan langsung dan berapa banyak yang digunakan untuk membayar pekerja.

Baca Juga: Ratusan Imigran Afghanistan Geruduk Kantor Kemenkumham Riau

Program "food for work" yang diperluas itu menyoroti kesulitan yang meningkat yang dihadapi oleh pemerintahan Taliban saat uang tunai di Afghanistan semakin langka.

Kondisi itu lebih lanjut dapat menimbulkan pertanyaan di antara para penyumbang mengenai penggunaan bantuan kemanusiaan untuk tujuan pemerintah sementara pembatasan ketat tetap berlangsung pada aliran keuangan ke Afghanistan.

Sanksi internasional terhadap para anggota Taliban, pembekuan aset bank sentral, dan penurunan secara tiba-tiba bantuan internasional yang pernah menjadi tulang punggung ekonomi Afghanistan telah membuat pemerintah Taliban kekurangan dana dan menghadapi dan krisis ekonomi yang memburuk.

Bantuan kemanusiaan terus berlanjut saat pemerintah asing berusaha mencegah jutaan warga Afghanistan kelaparan.

Namun, bantuan itu dirancang untuk melewati saluran-saluran pemerintah Afghanistan dan sebagian besar didistribusikan oleh lembaga multilateral internasional.

Badan-badan PBB pada Selasa (11/1) meminta para penyumbang memberi bantuan kemanusiaan senilai 4,4 miliar dolar AS (sekitar Rp62,9 triliun) bagi Afghanistan pada 2022, dengan menyebut dana tersebut sebagai "upaya penting penghentian kesenjangan" untuk memastikan masa depan Afghanistan. (Antara/Reuters)

Load More