Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Jum'at, 26 November 2021 | 06:15 WIB
Proses pengerjaan batik tulis. [Dok.Istimewa]

"Pemasaran kami sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Luar negeri juga sudah, seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam," katanya.

Dia berharap agar pelaku UMKM bisa memanfaatkan medsos sebagai wadah promosi mengembangkan usaha di tengah wabah. Pelaku usaha dituntut bertranformasi ke dunia digital, yakni berjualan lewat jaringan internet. Hal itu merupakan salah satu jalan untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19.

"Sebetulnya, online ini mempermudah kita dalam promosi. Tidak perlu ke luar rumah. Bisa di tempat tidur, sambil tiduran, main, ketawa," katanya.

Di sisi lain, Yusrizal mengaku belum mencoba memasarkan produknya lewat e-commerce. Ke depan, dia juga akan mengembangkan sayap untuk menjual produknya lewat Shopee yang diyakini memiliki peminat lebih banyak, dibandingkan e-commerce lainnya.

Baca Juga: Daftar Diskon Harbolnas 12.12 Tahun 2021, Terlengkap dan Terbaru

Medsos dan E-Commerce

Keberadaan media sosial atau medsos, seperti Facebook, Instagram, Twitter, hingga e-commerce menjadi solusi pelaku usaha di tengah pandemi Covid-19. Hari ini, pelaku UMKM memang dituntut cepat beradaptasi atau bertransformasi ke pasar digital.

Dampak baik berdagang lewat pasar digital juga juga telah dirasakan pemilik Randang Minang Hj Fatimah. Omzetnya memang turun dibandingkan tahun-tahun sebelum corona, namun usaha dari Kabupaten Solok itu tetap berproduksi melayani para pelanggannya dari berbagai daerah Indonesia.

"Kalau turun pasti. Semua pelaku usaha terdampak karena Covid-19. Tapi Alhamdulillah tetap bertahan dan nggak sampai gulung tikar," kata pemilik usaha Randang Minang Hj Fatimah, Silvi Lestari.

Sebelum pandemi melanda, produksi rendang Silvi tembus 50 kilogram per kilogramnya setiap pekan. Namun saat ini, produksi rendangnya berada dikisaran angka 25 kilogram per pekannya. Rendang isi 300 gram dijual seharga Rp 100 ribu, sedangkan isi 600 gram dibandrol senilai Rp 175 ribu dan untuk 1.000 gram Rp 320 ribu.

Baca Juga: Begini Cara Cek Resi Shopee Express Cepat dan Mudah

“Rendang kami sudah pakai packing kaleng berstandar pangan nasional, dijamin awet dan tahan lama," katanya.

Selain di sekitar Sumbar, rendang Silvi telah memiliki banyak pelanggan tetap yang tersebar di hampir tiap kota Indonesia. Mulai dari Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Bangka Belitung, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Papua. Sebelum pandemi bahkan rata-rata jemaah umrah dari Solok memesan rendang Hj Fatimah.

"Paling mendominasi dari luar Sumbar. Pesanan lokal paling baru sekitar 5 tahunan ini, saya sudah jualan 9 tahun," katanya.

Randang Hj Fatimah yang dijual lewat Shopee. [Dok.Istimewa]

Selain memanfaatkan medsos, Silvi juga memasarkan produk makanan khas Ranah Minang itu lewat e-commerce Shopee. Menurutnya, salah satu cara terbaik pelaku usaha bertahan di tengah pandemi Covid-19 adalah dengan bertransformasi ke promosi digital. Apalagi, Shopee memiliki pelanggan jutaan orang dan itu tidak saja yang berada di Indonesia.

"Saya jualan lewat Shopee ini memang sejak pandemi. Shoppee ini kan pelanggan banyak dan saya sudah rasakan manfaatnya. Semoga rendang saya semakin laku lagi di Shopee," katanya.

Dicintai Pelanggan, Shopee Raja E-commerce Indonesia

Load More