Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Kamis, 26 Agustus 2021 | 10:10 WIB
Ilustrasi mayat/ kamar mayat/ jenazah. (Shutterstock)

SuaraSumbar.id - Seorang seniman tewas dikeroyok massa usai membantu memadamkan api kebakaran di hutan Aljazair.

Mengutip Suara.com, wartawan BBC, Kayleen Devlin, menceritakan kisah mengerikan yang menghilangkan nyawa seniman bernama Djamel Ben Ismail itu.

Pada 9 Agustus, Aljazair mengalami kebakaran terburuk dalam sejarah negara itu: sekitar 71 titik api menyebar di 18 provinsi, dan berkobar selama tiga hari. Sedikitnya 90 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Wilayah Kabylie, di sebelah timur Ibu Kota Aljir adalah yang terparah. Gambar dan video yang menunjukkan rumah-rumah di lereng bukit terbakar bermunculan di media sosial.

Baca Juga: Bantu Padamkan Kebakaran, Seniman Malah Tewas Dikeroyok Massa

Penduduk desa yang putus asa tampak melarikan diri dari rumah mereka dan berusaha memadamkan api menggunakan sapu, dahan pohon, dan air dari ember.

Dua hari setelah kebakaran terjadi, seorang seniman bernama Djamel Ben Ismail mengumumkan dalam sebuah twit bahwa ia akan melakukan perjalanan lebih dari 200 mil (322km) dari rumahnya di Miliana untuk "membantu kawan-kawan kami" mengatasi kebakaran.

Di halaman Facebook-nya, ia mengunggah permintaan untuk bantuan yang mendesak bagi para korban kebakaran.

Ben Ismail digambarkan sebagai "seorang seniman, pemuda yang mencintai gitar dan mencintai kehidupan... bukan pria yang kejam" oleh salah seorang kawannya.

Namun setelah mencapai provinsi Tizi Ouzou di Aljazair, wilayah Kabilye, seniman itu meninggal secara tragis.

Baca Juga: Grafiti Kritikan PPKM Muncul di Kota Solo, Praktisi Mural: Sah di Negara Demokrasi

Pada 11 Agustus, mulai beredar video rekaman yang diduga menunjukkan Ben Ismail sedang diserang. Ia difitnah memicu kebakaran, dan penduduk setempat menyiksa dan membakarnya sebelum membawa jenazahnya ke alun-alun desa.

Video tersebut menyulut kemarahan masyarakat. Adik sang seniman kemudian mendesak para warganet di media sosial untuk menghapus video serangan tersebut. Ibunya, kata dia, masih belum tahu bagaimana anaknya meninggal.

Ayah Ben Ismail mengatakan ia "hancur" ketika mengetahui kematian putranya. "Putra saya pergi untuk membantu saudara-saudaranya dari Kabyle, wilayah yang ia cintai. Mereka membakarnya hidup-hidup," katanya.

Menurut beberapa laporan media lokal, paranoia dan desas-desus menyebar ke seluruh bagian Tizi Ouzou. Beberapa penduduk menjadi curiga terhadap orang-orang yang mengendarai mobil dengan plat nomor dari provinsi lain.

Kepanikan dan paranoia ini diduga disulut oleh tuduhan pembakaran.

Malam sebelum kematian Ben Ismail, Perdana Menteri Aymen Benabderrahmane mengatakan bahwa kebakaran adalah hasil dari "tindakan kriminal".

Load More