Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Sabtu, 27 Februari 2021 | 12:55 WIB
Wali Nagari Garabak Data, Pardinal berdiri di dekat tiang-tiang listrik PLN yang sedang dipasang sejak awal Februari 2021 di Nagari Garabak Data, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. [ist]

SuaraSumbar.id - Sejak lima tahun terakhir, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, memang tak lagi menyandang status daerah 3T (tedepan, terluar dan tertinggal). Namun realitanya, masih ada nagari-nagari yang sampai hari ini akses transportasi jalannya jauh dari kata layak.

Seperti kondisi jalan menuju Nagari Garabak Data di Kecamatan Tigo Lurah, sebuah kecamatan terpencil dari 14 kecamatan di Kabupaten Solok. Saking parahnya, orang-orang di sana kerap menyebut 'kami belum merdeka' walaupun Indonesia sudah berumur 75 tahun.

Jarak pusat pemerintahan Tigo Lurah ke kantor Bupati Solok lebih dari 80 kilometer. Masyarakat yang ingin ke pusat pemerintahan Kabupaten Solok harus merogoh kocek ratusan ribu untuk biaya ongkos ojek motor.

"Kalau dari Nagari Garabak Data bisa Rp 150 ribu ke pusat kabupaten maupun ke Kota Solok. Tapi kalau dari pusat kecamatan di Nagari Batu Bajanjang sekitar Rp 40 ribu," kata salah seorang tokoh pemuda Tigo Lurah, Yusrial Dani Putra, kepada Suara.com, Rabu (24/2/2021).

Baca Juga: Tak Mau Terburu-buru, Ford Pasarkan Mobil Listrik pada 2030

Di era kepemimpinan Bupati Solok Syamsu Rahim (2010-2015), Kabupaten Solok masih berstatus daerah tertinggal dan penyebabnya adalah Tigo Lurah. Bahkan, transportasi kuda beban masih ada di Garabak Data, karena tak bisa dilewati kendaraan roda dua dan roda empat.

Secara beringsut, Tigo Lurah mulai bangkit dari ketertinggalan. Salah satu "nyawa baru" yang melepaskan status Tigo Lurah dari daerah terisolir adalah karena masuknya aliran listrik PT PLN (Persero).

Menurut lelaki yang akrab disapa Dani itu, Tigo Lurah baru ditempuh kabel-kabel listrik sekitar tahun 2014. Namun proses elektrifikasi listrik di Tigo Lurah pun berlangsung secara bertahap.

"Tigo Lurah ini kan ada 5 nagari. Yang teraliri setau saya waktu itu baru Rangkiang Luluih, Batu Bajanjang dan kampung saya di Simanau. Lalu sekitar tahun 2017 masuk juga ke Sumiso. Nah, Garabak Data belum tahun itu," katanya.

Anggota Badan Permusyarawatan Nagari (BPN) Simanau itu mengaku salah satu pemuda yang pertama kali menikah dengan penerangan lampu listrik PLN.

Baca Juga: Pria Paruh Baya di Langkat Tewas Tersengat Listrik

"Mungkin saya di Simanau yang pertama kali menikah pakai listrik PLN tahun 2014 itu. Saya ingat betul bahagianya, terang dan tak seperti biasanya kampung kami," katanya.

Yusrial Dani Putra, tokoh pemuda Tigo Lurah menunjuk salah satu tiang listrik di kampungnya, Nagari Simanau. [ist]

Dani menyebut bahwa listrik PLN salah satu pemicu Tigo Lurah 'merdeka' dari keterisoliran. Sebab, status ketertinggalan Kabupaten Solok, khususnya Tigo Lurah tercabut tahun 2014.

Sebelumnya, kata Dani, memang ada PLTMH yang menghidupkan listrik ke sejumlah rumah-rumah penduduk. Namun tentu tidak merata seperti yang ada dan nyata hari ini.

"Harus diakui, listrik ini membawa perubahan signifikan bagi Tigo Lurah. Anak-anak muda sudah bisa menyaksikan informasi lewat televisi dan sebagainya," katanya.

Wali Nagari Tigo Lurah, Pardinal mengatakan, jaringan PLN sejatinya sudah masuk ke Garabak Data sejak tahun 2018. Namun, proses distrubusi tiang-tiang listrik terkendala buruknya akses jalan. Dengan begitu, tiang listrik PLN baru terdistribusikan sampai ke pelosok itu tahun 2021.

"Sekarang tiangnya sudah sampai dan dalam pemasangan kabel. Insyaallah kalau tak ada kendala, dalam dua pekan ini lampu sudah menyala," kata Pardinal kepada Suara.com, beberapa hari lalu.

Sebagai wali nagari dua periode, Pardinal mengaku sudah sejak 8 tahun silam berjuang demi daerahnya teraliri listrik. Buah perjuangan itu akhirnya tahun ini bisa dinikmati warga Garabak Data yang berjumlah sekitar 2.265 jiwa.

"Nagari kami paling terisolir dari 74 nagari di Kabupaten Solok ini. Listrik ini masuk suatu kebanggaan yang tidak ternilai harganya," katanya.

"Kami bersyukur. Listrik memerdekakan masyarakat dari lampu togok (lampu minyak) ke PLTMH dan kini sudah berlistrik. Alhamdulillah," sambungnya lagi.

Saat ini, kata Pardinal, jumlah tiang yang sampai di Nagari Garabak Data berjumlah sekitar 320 batang. Namun, jumlah tersebut masih kurang sekitar 25 tiang lagi.

Jika tidak tercukupi kekurangan tersebut, maka akan ada sekitar 25 Kepala Keluarga (KK) lagi yang rumahnya belum teraliri listrik. "Kami mohon pihak PLN mencukupi jumlah sekitar 25 tiang lagi. Ini demi pemerataan semua masyarakat di Garabak Data," katanya.

Di sisi lain, Pardinal menyebut kawasan Tigo Lurah, khususnya Garabak Data dikelilingi hutan yang sangat lebat. Kondisi ini juga menjadi persoalan bagi arus listrik, terutama saat hujan deras dan angin kencang.

Dia berharap, pihak PLN dapat membabat sisi kanan dan kiri jalan aliran listrik sekitar 8 meter. Hal ini untuk mengindari agar kabel-kabel di tiang listrik tidak tertimpa reruntuhan kayu.

"PLN sudah membersihkan, tapi baru sekitar 3-4 meter. Kami berharap agak 8 meter. Kalau soal untuk jalur kabel listrik, kami sudah punya izin dari kehutanan. Jadi tidak ada lagi persoalan hutan lindung untuk listrik ini," katanya.

Kehadiran listrik yang mempermudah akses masyarakat juga dibenarkan Camat Tigo Lurah, Sarmaini. Menurutnya, saat ini sudah hampir 100 persen rumah warga Tigo Lurah diterangi listrik.

"Ya bisa dikatakan 95 persen. Kalau Nagari Garabak Data sudah teraliri semua, itu sudah 100 persen. Yang tinggal dan sedang berlangsung pemasangan listrik itu di Garabak Data," katanya.

Sarmaini tak menampik bahwa listrik salah satu hal yang membuat daerah berpenduduk lebih dari 13 ribu jiwa itu, keluar dari status tertinggal. "Kalau jalan lumayan sudah lancar juga. Sekitar 60 persen. Nagari Garabak Data juga yang masih belum tuntas," katanya.

Senada dengan itu, Pelaksana harian (Plh) Bupati Solok, Aswirman mengatakan, persoalan listrik yang masih tinggal saat ini di daerah tersebut memang di Tigo Lurah. Namun, pengerjaannya pun sedang berlangsung dan segera teraliri listrik.

"Ada beberapa daerah terpencil yang sekarang sudah teraliri listrik. Seperti di Dusun Taratak, Kecamatan Hiliran Gumanti. Ada jgua Garabak Data dan sedang bekerja (PLN)," katanya.

Menurut Aswirman, tahun 2020 lalu, Kabupaten Solok juga mendapatkan jatah program listrik desa dari PLN. Paling tidak, ada 55 pelanggan yang berada di nagari jauh akses mendapatkan program tersebut.

"Listrik menggerakkan semua sektor di tengah masyarakat. PLN komitmen soal itu, terutama bagi masyarakat yang masih tergolong terisolir," kata Sekda Kabupaten Solok itu menyudahi.

Menumbuhkan Ekonomi dan Menunjang Pendidikan

Kehadiran listrik membawa semangat baru bagi kehidupan masyarakat Tigo Lurah. Anak-anak yang dulunya bergelap-gelap mengaji di masjid atau surau (masjid) dengan lampu togok (lampu minyak), kini sudah terang benderang.

"Penerangan listrik memberi motivasi masyarakat. Anak-anak mengaji kini tak lagi takut di malam hari," kata pemuda Tigo Lurah, Dani.

Berbagai kegiatan pemerintah Kabupaten Solok, seperti magrib mengaji, subuh berjemaah kini ramai dihadiri masyarakat. Sebab, tak ada kendala lagi untuk datang ke rumah ibadah.

Senada dengan itu, Wali Nagari Garabak Data, Pardinal menyebut kehadiran listrik juga dapat menumbuhkan berbagai ekonomi baru masyarakat. Mereka yang punya uang untuk membeli kulkas, bisa berjualan es dan banyak lagi usaha-usaha kecil yang terbantu setelah listrik PLN menyala di Tigo Lurah.

"Ini sesuai dengan semangat Pak Presiden Jokowi, yakni membangun dari pinggir negeri. Kami salah satu contohnya. Listrik sudah membangkitkan semangat dari berbagai sektor," katanya.

Tak hanya itu, kehadiran listrik juga menunjang proses belajar mengajar siswa di Tigo Lurah. Kondisi ini diungkapkan oleh seorang guru SMP Negeri 4 Tigo Lurah, Aulia Rahman.

Menurut guru mata pelajaran Fisika itu, banyak hal yang mudah dilakukan untuk memberikan pembelajaran kepada siswa sejak listrik masuk. Salah satunya dengan penggunaan infokus.

Aulia Rahman, seorang guru di SMP Negeri 6 Tigo Lurah saat mulai belajar menggunakan infokus. [ist]

"Dulu sebelum listrik masuk, kami guru IPA ini kerepotan saat harus menggambar bagian tubuh misalnya. Habis waktu. Sekarang sudah ada listrik dan bisa kami tampilkan lewat infokus," kata guru yang akrap disapa Pak Ul itu.

"Ada materi tata surya, kalau kami gambar tentu lama. Ini untungnya ada listrik. Bisa hemat waktu dan siswa mengerti lebih cepat karena gambarnya detail," sambung lulusan IAIN Imam Bonjol Padang itu.

Aulia merasakan betul mengajar di SMP Negeri 4 Tigo Lurah tanpa listrik. Dia lulus menjadi guru di ASN di sekolah tersebut sejak tahun 2011 dan listrik baru masuk tahun 2014.

Tak hanya soal mengajar, administrasi sekolah kini mulai lancar. Soal surat menyurat tak perlu lagi repot-repot membuat di lokasi berjaringan listrik.

"Dulu, bikin surat, cetak surat, fotocopy surat keluar dulu. Sekarang semua termudahkan. Semoga prestasi siswa di sini juga meningkat hendaknya di masa mendatang," katanya.

Rasio Elektrifikasi Sumbar Menuju 100 Persen

PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) Sumbar terus meningkatkan rasio elektrifikasi dan rasio listrik nagari (desa) di Sumbar. Sepanjang tahun 2020, PLN kembali mengalirkan listrik untuk 19 desa di Sumbar.

Manager Komunikasi PT. PLN (Persero) UIW Sumbar, Afriman mengatakan, rasio elektrifikasi PLN di Sumbar sudah mencapai angka 98.45 persen. Namun jika digabung dengan non PLN, elektrifikasi di Sumbar sudah di angka 98,97 persen.

"Khusus di Kabupaten Solok, rasio elektrifikasi di angka 94,46 persen," katanya.

Tahun 2021, kata Afriman, sebagai pemegang mandat dalam melistriki nusantara, PLN Sumbar bakal mengejar target percepatan elektrifikasi hingga angka 100 persen.

"Kami juga akan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota dalam penyediaan sarana dan infrastruktur pendukung," katanya.

Dia berharap, kehadiran listrik betul-betul memberikan dampak dan manfaat besar terhadap kelangsungan hidup masyarakat. Atas dasar itu, PLN UIW Sumbar bertekad menuntutaskan desa-desa yang belum tersentuh penerangan listrik di tahun ini.

Sementara itu, dalam rilisnya, General Manager PLN UIW Sumbar, Bambang Dwiyanto mengatakan, tahun 2021 ini, PLN Sumbar menargetkan empat desa baru teraliri listrik.

Desa tersebut berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jika semua tertuntaskan, maka elektrifikasi di Sumbar pada akhir Desember 2021 mencapai angka 99,74 persen.

Load More