-
Tiga gunung api di Sumbar ditutup jelang 2026.
-
Status Gunung Talang naik ke Level II Waspada.
-
Erupsi Gunung Marapi terekam tanpa kolom abu.
SuaraSumbar.id - Penutupan jalur pendakian gunung api Sumatera Barat (Sumbar) resmi dilakukan menjelang pergantian tahun 2026.
Pos Gunung Api (PGA) Gunung Marapi bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar menutup aktivitas pendakian di tiga gunung api, yakni Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang.
Kebijakan ini diambil menyusul kondisi aktivitas gunung yang masih berfluktuasi dan berpotensi membahayakan keselamatan pendaki.
“Menjelang akhir tahun, pendakian ke Gunung Marapi, Gunung Tandikat dan Gunung Talang kita tutup,” kata Petugas PGA Gunung Marapi, Ahmad Rifandi, Kamis (25/12/2025).
Langkah penutupan jalur pendakian gunung api Sumbar ini dilakukan sebagai bentuk mitigasi risiko, mengingat dinamika aktivitas vulkanik ketiga gunung tersebut masih belum stabil.
Pihak PGA dan BKSDA menilai penutupan sementara jalur pendakian menjadi langkah paling aman untuk mencegah potensi korban jiwa di kawasan gunung api aktif.
Situasi semakin diperkuat dengan peningkatan status Gunung Talang di Kabupaten Solok. Pada 10 Desember 2025, Badan Geologi menaikkan status gunung tersebut dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada).
Kenaikan status ini diikuti dengan sejumlah rekomendasi teknis yang wajib dipatuhi masyarakat dan pengunjung.
Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Talang, termasuk wisatawan, tidak mendekati dan tidak bermalam di sekitar kawah dalam radius dua kilometer.
Selain itu, masyarakat dan pengunjung diminta mewaspadai potensi longsor di kawasan kawah selatan Gunung Talang. Pemantauan aktivitas gunung api terus dilakukan, termasuk pengamatan visual dan kegempaan, untuk mengantisipasi perubahan signifikan.
Dalam laporan yang sama, PGA juga menyampaikan perkembangan aktivitas Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Pada Kamis pukul 05.41 WIB, gunung tersebut tercatat mengalami erupsi, meskipun kolom abu tidak teramati secara visual. Erupsi terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimum 30,3 milimeter dan durasi sekitar 35 detik.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, meminta petugas PGA untuk terus meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi lintas instansi terkait kebencanaan. Upaya tersebut dinilai penting agar informasi aktivitas gunung api di Ranah Minang dapat tersampaikan dengan cepat dan akurat kepada masyarakat. (Antara)