-
Klaim Susi Pudjiastuti minta Puan dicopot dari DPR hoaks.
-
Mafindo nyatakan video viral tentang Susi Pudjiastuti tidak benar.
-
Tidak ada bukti Susi serukan pencopotan Puan Maharani.
SuaraSumbar.id - Unggahan video di media sosial dengan narasi mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, meminta Puan Maharani dicopot dari kursi Ketua DPR RI, jadi gunjingan publik.
Video yang memuat klaim bahwa Susi “menggaungkan pencopotan Puan Maharani dari kursi Ketua DPR RI" itu disebarkan akun Facebook @Hari Joss pada Sabtu (11/10/2025). Berikut narasi yang beredar:
![Hoaks Susi Pudjiastuti Minta Puan Dicopot dari Ketua DPR RI. [Dok. Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/10/16/24809-hoaks.jpg)
“Susy Pudjiastuti Gaungkan COPOT PUAN dari ketua DPR RI. Susy: walaupun gagal bubarkan DPR minimal copot Puan dari ketua DPR RI, Puan tidak punya kapabilitas dan tidak pro rakyat sebaiknya dicopot.”
Lantas, benarkah informasi tersebut?
Tim Cek Fakta TurnBackHoax menelusuri kebenaran klaim ini dengan memasukkan kata kunci “Susi Pudjiastuti minta Puan mundur dari DPR” ke mesin pencarian Google.
Hasilnya mengarah pada berita di inews.id berjudul “Susi Pudjiastuti Sentil Keras DPR, Minta Puan Pecat Anggota Dewan yang Tak Punya Empati” yang tayang pada Jumat (5/9/2025).
Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa Susi Pudjiastuti memang mengkritik kinerja DPR RI dan meminta Puan Maharani sebagai pimpinan lembaga tersebut agar memecat anggota dewan yang tidak memiliki empati kepada rakyat. Ungkapan itu disampaikan melalui akun X resmi miliknya, @susipudjiastuti.
Sepanjang penelusuran, tidak ada satu pun sumber kredibel yang mengonfirmasi pernyataan Susi terkait ajakan untuk mencopot Puan Maharani dari jabatan Ketua DPR RI.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, klaim “Susi Pudjiastuti gaungkan pencopotan Puan Maharani dari kursi Ketua DPR RI” merupakan konten palsu (fabricated content) atau berita hoaks. Tidak ditemukan bukti bahwa Susi pernah menyatakan hal tersebut.
Video yang beredar di media sosial adalah hasil manipulasi narasi untuk menyesatkan publik. Masyarakat diimbau agar tidak mudah percaya pada unggahan viral tanpa memeriksa sumber informasi yang valid.