Apa Bahaya Curhat dengan AI? Ini Peringatan Psikolog yang Tak Main-main!

Masyarakat harus berhati-hati saat menggunakan AI untuk curhat atau berkonsultasi mengenai masalah hati dan kepribadian.

Riki Chandra
Selasa, 14 Oktober 2025 | 07:15 WIB
Apa Bahaya Curhat dengan AI? Ini Peringatan Psikolog yang Tak Main-main!
Ilustrasi AI. [Microsoft Copilot]
Baca 10 detik
  •  Psikolog UI ingatkan bahaya curhat dengan AI yang tidak personal.
  • AI tak mampu pahami kondisi emosional dan kepribadian seseorang.
  • Romi sarankan konsultasi manusia lebih objektif dan empatik dibanding AI.

SuaraSumbar.id - Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim M.Psi, mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati saat menggunakan AI untuk curhat atau berkonsultasi mengenai masalah hati dan kepribadian.

Menurutnya, kecerdasan buatan tidak bisa sepenuhnya memahami situasi emosional seseorang sebagaimana manusia.

“Apa yang diungkapkan oleh AI mungkin betul, tapi apakah itu bisa suitable atau cocok untuk situasi kondisi orang ini saat ini, itu yang mesti dipertanyakan lebih lanjut. Kalau kaitannya dengan sesuatu misalnya masalah hati, kepribadian, ada baiknya untuk tidak selalu dengan AI konsultasinya,” katanya, Senin (13/10/2025).

Romi menjelaskan bahwa jawaban dari kecerdasan buatan cenderung bersifat umum karena bersandar pada data yang sama untuk banyak orang. Hal ini menyebabkan respons AI bisa menjadi standar dan tidak mempertimbangkan kondisi unik seseorang.

“Bagaimana dia meresponsnya, beradaptasi dengan masalahnya, bagaimana dia juga kemudian mencari jalan keluar dari masalahnya. Hal itu kan kalau kita konsultasi ke seseorang manusia, maka kemungkinan akan dipertimbangkan hal-hal yang lain,” ujar Romi.

Menurutnya, AI untuk curhat memang bisa memberikan jawaban cepat berdasarkan kumpulan data. Namun, dalam konteks permasalahan pribadi yang kompleks seperti kepribadian atau relasi sosial, AI tidak dapat menilai situasi emosional secara mendalam. Konsultasi dengan manusia dinilai tetap penting karena mempertimbangkan aspek psikologis dan empati.

Romi menyebutkan bahwa sebagian orang merasa lebih nyaman berbicara dengan AI karena menganggapnya bukan manusia, sehingga tidak ada rasa takut dihakimi atau rahasianya tersebar. Namun, hal ini justru berisiko menimbulkan kesalahan persepsi dan keputusan yang keliru.

Jika seseorang merasa tidak memiliki teman dekat, Romi menyarankan agar tidak ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog. Ia menegaskan, hal itu tidak berarti seseorang memiliki gangguan jiwa. Konsultasi profesional justru membantu menemukan solusi yang objektif dan sesuai kondisi pribadi.

“Ada baiknya memberikan kesempatan pada diri orang ini yang perlu konsultasi itu untuk mengevaluasi dulu. Apakah saya memang tidak sama sekali membutuhkan orang untuk curhat, atau memang hanya dengan butuh dengan AI. Karena jangan sampai dengan hasil informasi yang diberikan AI bisa jadi salah jalan juga,” tutur Romi.

Menurut Romi, manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Karena itu, interaksi dengan sesama manusia tetap menjadi kebutuhan penting dalam menjaga kesehatan mental. Ia menegaskan, AI untuk curhat sebaiknya hanya digunakan untuk hal-hal ringan dan bukan untuk membahas permasalahan emosional yang mendalam.

“Kalau kadang-kadang cari informasi kecil tentang sesuatu ‘saya kok suka cemas ya apa ya penyebabnya bisa ini bisa ini’, nah itu mungkin masih bisa ya. Tapi kalau misalnya sudah mendalam, kalau menurut saya sebaiknya tidak dengan AI lagi,” jelas Romi. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini