SuaraSumbar.id - Rentetan getaran gempa dalam sebulan terakhir memperbesar tingkat kerawanan wilayah Sumatera Barat (Sumbar) dilanda bencana tanah longsor.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, Senin (13/5/2024). Menurutnya, dalam periode April – Mei 2024, aktivitas gempa kerak dangkal-sesar aktif (shallow crustal earthquake) terpantau sangat aktif di Sumbar.
Dalam catatan BMKG, selama periode tersebut lebih dari 35 kali gempa dangkal yang berpusat di daratan Sumbar dengan rata-rata berkekuatan 3 magnitudo.
“Walau kecil jadi penting untuk diwaspadai dampak ikutan gempa ini, tanah longsor, runtuhan batuan, dan banjir bandang jika longsoran menyumbat daerah aliran sungai,” katanya.
Menurutnya, kerawanan dampak bencana tersebut juga menyasar wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar dan Kota Padang Panjang yang tingkat aktivitas kegempaan cukup tinggi. Selain itu, juga memiliki curah hujan tinggi dalam periode yang sama.
Informasi yang diterima BMKG, Stasiun Iklim Sicincin Sumbar melaporkan Agam, Tanah Datar dan Padang Panjang dilanda curah hujan 74,9 mm/hari yang berarti masuk kategori lebat. Kondisi ini berlangsung sejak 8 Mei dan memicu terjadi banjir bandang atau galado yang menewaskan puluhan warga pada Sabtu (11/5/2024).
Dalam informasi itu juga dilaporkan timbul tanah longsor beberapa jam setelah sebelumnya terjadi banjir bandang dan juga terdampak getaran di wilayah bertopografi dataran tinggi perbukitan atau berada di sisi utara dan timur dari Gunung Marapi tersebut.
Meski belum ada laporan korban, tanah longsor susulan tersebut memutus akses jalan dan melumpuhkan arus lalu lintas, seperti di wilayah Malalak, Kabupaten Agam (jalan penghubung Padang-Bukit Tinggi), Sitinjau Lauik, Kabupaten Tanah Datar (jalur penghubung Padang – Solok), Jalan Lembah Anai (jalur penghubung Bukit Tinggi-Padang), dan Kelok Sembilan.
“Kami menyampaikan supaya masyarakat Sumatera Barat tetap waspada, karena dampak ikutan gempa ditambah hujan intensitas deras hingga beberapa waktu ke depan juga memungkinkan titik longsor ini tidak tunggal, biasanya terjadi di banyak tempat,” ujarnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data BPBD Sumbar hingga Minggu (12/4/2024) malam, total korban jiwa mencapai 37 orang. Selain itu, ada 17 orang korban yang belum ditemukan.
Informasinya, korban meninggal dunia sudah dievakuasi. Sebagian di antaranya juga sudah diserahkan kepada pihak keluarga. Sementara itu, 17 orang korban lagi masih dalam pencarian.
Korban meninggal dunia mayoritas berasal dari Kabupaten Agam yang menjadi daerah paling parah terdampak banjir lahar dingin. Kemudian warga asal Tanah Datar, Padang Panjang dan Padang Pariaman.