Setelah Jepang menang, tahun 1942 INS berubah terjemahannya menjadi Indonesche Nippon School. Di zaman ini pembelajaran merosot karena kesulitan memperoleh alat-alat pelajaran yang pada akhirnya INS ditutup.
Selanjutnya, pemerintah mendirikan Sekolah Guru Bantu (SGB). Dalam perkembangan, INS Kayutaman memiliki tujuan yang sejalan dengan Undang-Undang Pendidikan No. 20, Tahun 2003, Pasal 26 yang menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
Beberapa sastrawan Indonesia tercatat sebagai alumnus INS Kayutanam adalah A.A. Navis yang terkenal dengan cerpennya "Robohnya Surau Kami" (1956), Chairul Harun penulis novel Warisan (1976), dan Wisran Hadi penulis drama modern tahun 70-an yang banyak menggali tradisi Minangkabau.
Kontributor : B Rahmat
Baca Juga:Anies Baswedan ke Padang, DPW NasDem Sumbar Siapkan Sambutan