ASEAN Diyakini Mampu Jadi Jembatan AS dan China, Ini Alasannya

ASEAN diyakini mampu membantu menjembatani dua kekuatan ekonomi global yaitu Amerika Serikat dan China.

Riki Chandra
Minggu, 13 November 2022 | 08:15 WIB
ASEAN Diyakini Mampu Jadi Jembatan AS dan China, Ini Alasannya
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - ASEAN diyakini mampu membantu menjembatani dua kekuatan ekonomi global yaitu Amerika Serikat dan China. Hal itu dinyatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.

“Ada risiko yang berkembang bahwa ekonomi global akan terbagi menjadi dua bagian, dipimpin oleh dua ekonomi terbesar – Amerika Serikat dan China,” ujar Antonio Guterres di sela-sela KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, Sabtu (11/11/2022).

Ekonomi global yang terbagi dengan dua perangkat aturan yang berbeda, dua mata uang dominan serta dua strategi yang saling bertentangan dalam kecerdasan buatan akan melemahkan kapasitas dunia untuk menanggapi tantangan yang dihadapi.

“Pemisahan ini harus dihindari dengan segala cara,” kata dia.

Baca Juga:PBB Desak Kegiatan Militer di PLTN Ukraina Dihentikan, Minta Pasukan Ditarik Mundur

Kita perlu memperkuat upaya kolektif kita untuk menemukan solusi multilateral, mengatasi badai geopolitik, dan mengembalikan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) ke jalurnya, ujar dia.

Organisasi regional, ujar Guterres, termasuk ASEAN, memiliki peran penting untuk menemukan solusi multilateral.

Ia mengatakan perpecahan yang semakin dalam mengancam perdamaian dan keamanan global.

Banyak negara dihantam oleh pandemi Covid-19 dan krisis iklim, kata dia.

Banyak negara juga menghadapi pembatasan ketat terhadap akses mereka ke makanan, energi, dan keuangan.

Baca Juga:China Sebut Amerika Sebagai Penghasut Utama, Kompori Perang Ukraina Lalu Taktik Sama Dipakai 'Kompori' Taiwan

Keadaan itu juga diperburuk oleh perang di Ukraina dan utang yang menjerat, kata Guterres.

Ia mengatakan kesenjangan geopolitik berkontribusi pada ketidakamanan global, memicu konflik baru dan membuatnya semakin sulit untuk mengakhiri konflik lama. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini