Berebut Pasar di Ujung Jari, Strategi UMKM Berdamai dengan Pandemi

Pandemi Covid-19 nyaris melumpuhkan semua sektor penghidupan masyarakat. Jutaan karyawan dirumahkan sejak virus corona mewabah di Indonesia.

Riki Chandra
Senin, 25 Oktober 2021 | 09:15 WIB
Berebut Pasar di Ujung Jari, Strategi UMKM Berdamai dengan Pandemi
Proses membantik di sanggar produksi Batik Tulis Salingka Tabek. [Dok.Istimewa]

Meski omzetnya turun dibandingkan tahun-tahun sebelum corona, Rendang Hj Fatimah tetap berproduksi melayani para pelanggannya dari berbagai daerah Indonesia.

"Kalau turun pasti. Semua pelaku usaha terdampak karena Covid-19. Tapi Alhamdulillah tetap bertahan dan nggak sampai gulung tikar," kata pemilik usaha Rendang Hj Fatimah, Silvi Lestari.

Di tahun-tahun sebelum pandemi, produksi rendang Silvi tembus 50 kilogram per kilogramnya. Namun saat ini, produksi rendangnya berada dikisaran angka 25 kilogram per pekan. Rendang isi 300 gram dijual seharga Rp 100 ribu. Sedangkan isi 600 gram dibandrol senilai Rp 175 ribu dan untuk 1.000 gram Rp 320 ribu.

“Rendang kami sudah pakai packing kaleng berstandar pangan nasional, dijamin awet dan tahan lama," katanya.

Baca Juga:Fantastis, Di 2020 Transaksi e-Commerce Indonesia Capai Rp 266,3 Triliun

Rendang Hj Fatimah yang juga dijual melalui Tokopedia. [Dok.Istimewa]
Rendang Hj Fatimah yang juga dijual melalui Tokopedia. [Dok.Istimewa]

Selain di sekitar Sumbar, rendang Silvi telah memiliki banyak pelanggan tetap yang tersebar di hampir tiap kota Indonesia. Mulai dari Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Bangka Belitung, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Papua. Sebelum pandemi bahkan rata-rata jemaah umrah dari Solok memesan rendang Hj Fatimah.

Pelanggan di luar Sumbar itu mayoritas didapatkan Silvi melalui interaksi lewat media sosial Facebook, Twitter dan Instagram.

"Paling mendominasi dari luar Sumbar. Pesanan lokal paling baru sekitar 5 tahunan ini, saya sudah jualan 9 tahun," katanya.

Selain memanfaatkan medsos, Silvi juga memasarkan produk makanan khas Ranah Minang itu lewat e-commerce Tokopedia. Menurutnya, salah satu cara terbaik pelaku usaha bertahan di tengah pandemi Covid-19 adalah dengan bertranformasi ke promosi online. Mulai dari memanfaatkan medsos hingga menjual produk di e-commerce.

Transaksi jual beli lewat toko daring di Indonesia memang tak main-main. Bahkan, data Bank Indonesia mengungkapkan bahwa nilai transaksi e-commerce Indonesia di tahun 2020 mencapai Rp 266,3 triliun.

Baca Juga:Transaksi Daring Capai Rp266 Triliun, Bukti Orang Indonesia Gemar Belanja Online

Atas dasar potensi yang menjanjikan itulah Plt Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita,m meminta percepatan program e-Smart IKM guna meningkatkan peluang transaksi daring (online).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak