Studi: Setengah Hidup Manusia Dihabiskan untuk Bengong dan Mengkhayal

Dalam hal ini, para peneliti menguji hubungan antara tidur dan kehilangan perhatian. Penelitian mereka telah diterbitkan di Nature Communications.

Riki Chandra
Minggu, 04 Juli 2021 | 15:10 WIB
Studi: Setengah Hidup Manusia Dihabiskan untuk Bengong dan Mengkhayal
ilustrasi melamun (pexels.com/@marcelo-chagas)

SuaraSumbar.id - Para ilmuwan memperkirakan bahwa setengah dari hidup manusia dihabiskan dengan begong dan mengkhayal. Pasalnya, potensi konsekuensi negatif dari penurunan kinerja sekolah atau pekerjaan hingga kecelakaan lalu lintas yang tragis.

Melansir dari Healthshots, pikiran yang mengembara dan kehilangan perhatian lebih sering terjadi ketika kurang tidur. Hal ini menunjukkan bahwa hal itu mungkin terjadi ketika neuron di otak mulai berperilaku seperti tidur.

Dalam hal ini, para peneliti menguji hubungan antara tidur dan kehilangan perhatian. Penelitian mereka telah diterbitkan di Nature Communications.

Dengan memantau gelombang otak orang terhadap keadaan perhatian yang dilaporkan sendiri, para peneliti menemukan bahwa pengembaraan pikiran tampaknya terjadi ketika bagian otak tertidur sementara sebagian besar tetap terjaga.

Baca Juga:Studi: Hampir Setengah Hidup Manusia Diisi dengan Mengkhayal dan Bengong

"Ketika kita lelah, kendali perhatian kita menjadi kacau. Pada saat yang sama, otak kita mulai menunjukkan aktivitas lokal yang menyerupai tidur sementara sebagian besar otak tampak jelas terjaga," catat para peneliti.

"Fenomena ini, yang dikenal sebagai tidur lokal, pertama kali terlihat pada hewan yang kurang tidur dan kemudian pada manusia," imbuh mereka.

Peneliti menemukan gelombang lambat lokal dapat memprediksi episode pikiran mengembara dan mengosongkan pikiran serta perubahan perilaku peserta selama penyimpangan perhatian ini.

Lokasi gelombang lambat membedakan apakah peserta sedang mengembara atau mengosongkan pikiran. Ketika gelombang lambat terjadi di bagian depan otak, partisipan memiliki kecenderungan untuk lebih impulsif dan pikiran mengembara.

Sementara itu, ketika gelombang lambat terjadi di bagian belakang otak, peserta menjadi lebih lamban, tidak memberikan tanggapan, dan pikiran kosong. (Suara.com)

Baca Juga:Akademisi Unmul Sebut Pembusukan Demokrasi Indonesia Dilakukan Secara Legal Elite Politik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

lifestyle | 13:50 WIB
Tampilkan lebih banyak