SuaraSumbar.id - Pandemi Covid-19 nyaris melumpuhkan semua sektor perekomian, tak terkecuali bisnis perumahan. Merosotnya penjualan hampir merata terjadi di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah Sumatera Barat.
2020 menjadi tahun yang suram bagi pengembang di tanah air. Bahkan, angka penjualan disebut menukik tajam lebih dari angka 50 persen.
"Merosot sekali. Hancur-hancuran penjualan rumah tahun 2020. Penjualan turun lebih 50 persen," kata Bachdarma Indra, salah seorang pengembang di Sumbar kepada Suara.com, Rabu (17/2/2021).
Menurut Direktur Utama PT Putra Khamico Perkasa itu, pandemi Covid-19 membuat masyarakat berpikir panjang untuk membeli rumah. Sebab, dalam situasi ekonomi sulit, warga tentu memprioritaskan membeli apa yang lebih penting.
Baca Juga:Tahun 2020, BTN Catatkan Laba Bersih 665 Persen Jadi Rp1,6 Triliun
"Rumah memang penting, tapi tentu mereka yang ingin punya rumah pikir-pikir juga dalam kondisi serba susah. Mereka menahan diri beli rumah di masa pandemi," katanya.
Saking merosotnya saat pandemi, kata kata lelaki yang akrab disapa Indra itu, dalam sebulan hanya ada satu kali akad jual beli rumah.
"Biasanya, 18 unit rumah itu bisa terjual dalam waktu kurang 3 bulan. Sekarang 18 unit rumah tak habis sampai setahun," tuturnya.
Meski begitu, kewajiban developer terus berjalan. Salah satu cara mensiasatinya, Indra terpaksa memangkas uang depan alias DP bagi peminat rumah.
"Saya sampai kasih DP Rp 1 juta. Mau tidak mau begitu. Operasional jalan terus, pemasukan turun, tentu kita banting harga. Konsumennya untung, pengembang yang mensubsidi DP 10 persen itu jadinya," tuturnya.
Baca Juga:Setelah Gedung Terbakar, BTN Makassar Pastikan Dokumen Nasabah Aman
Indra mengakui, peminat rumah bersubsidi di Sumbar masih sangat tinggi. Mayoritas, mereka pelanggan Bank BTN atau PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Menurutnya, banyak kemudahan dalam pembelian rumah yang diberikan BTN hari ini. Bahkan, masyarakat tak perlu repot-repot berusan administrasi datang ke kantor, cukup memesan dan melengkapi persyaratan dengan sistem online.
"Masalahnya sekarang bukan soal administrasi, tapi peminatnya yang kurang karena ekonomi masyarakat sakit," katanya.
Menurutnya, banyak alasan masyarakat memilih kredit rumah lewat BTN. Terutama persyaratan yang mudah dan suku bunga. Dan memang, BTN satu-satunya bank yang berkomitmen fokus di sektor perumahan subsidi.
"Pasar lesu maupun tidak, BTN tetap komitmen memberikan kemudahan bagi warga yang ingin memiliki rumah," bebernya.
Tahun ini, Indra berharap minat masyarakat membeli rumah kembali bangkit. Menurutnya, investasi properti khususnya rumah merupakan bisnis yang akan selalu tumbuh dengan nilai jual terus naik.
Deputi Branch Manager (BM) Business Bank BTN Cabang Padang, Emon Subiantoro tak menampik lesunya bisnis Kredit Pembelian Rumah (KPR) saat pandemi Covid-19. Kondisi itu terasa sejak Maret 2020 atau saat virus corona baru mewabah di Indonesia.
"Bukan hanya di Padang, secara nasional turun semua. Itu juga bukan hanya BTN, semuanya turun," katanya.
Nasabah BTN di Sumbar tersebar di 19 kabupaten dan kota. Tahun 2020, mitra pengembang BTN Cabang Padang lebih dari 100. Jumlah tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya peminat rumah di Ranah Minang.
Dalam memudahkan proses KPR bagi pengembang dan konsumen, BTN Cabang Padang juga telah membuka outlet BTN di sejumlah daerah strategis. Seperti di Kota Bukittinggi, Payakumbuh dan Kota Solok. Dengan begitu, daerah-daerah yang dekat tidak perlu lagi mengurus akad kredit ke Kota Padang.
Hanya saja persoalannya hari ini adalah peminat rumah yang berkurang. Situasi ini hadir karena wabah virus corona yang telah menjangkit lebih dari sejuta rakyat Indonesia.
"Untuk Sumbar, persentase penjualan rumah turun 2 kali lipat tahun 2020 dibandingkan tahun 2019," katanya.
Emon Subiantoro berharap, kondisi ekonomi nasional, khususnya Sumbar kembali membaik di tahun 2021. Hal ini menyusul dengan telah hadirnya program vaksinasi Covid-19 yang langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orang pertama disuntik vaksin.
"Harapan kita, vaksinasi Covid-19 ini bisa mempercepat. Semoga tahun ini ekonomi tumbuh positif di Sumbar dan nasional secara keseluruhan," bebernya.
Dengan pulihnya ekonomi, kata Emon, pengembang tentu akan bergairah membangun rumah-rumah bersubsidi. "Kami berharap juga minat masyarakat beli rumah tahun ini kembali tinggi dan kami akan tetap komit memberikan kemudahan," katanya.
Tahun ini, kata Emon, BTN yang berjuluk "raja" rumah bersubsidi mendapatkan kuota subsidi cukup besar. Namun, dia tak merincikan berapa banyak detailnya untuk wilayah Sumbar.
"Cukup besar kuota subsidi. Itu kan tergantung pemerintah," katanya.
Meski terdampak pandemi, Bank BTN menutup tahun 2020 dengan perolehan laba bersih 665,71 % secara tahunan (year-on-year/yoy). BTN sukses meraih laba bersih senilai Rp 1,60 triliun pada kuartal IV/2020 atau melambung tinggi dari posisi Rp 209 miliar di periode yang sama tahun 2019.
Plt Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan, laba bersih tersebut ditopang lima strategi utama perseroan yang digelar sepanjang 2020.
Selain itu, sektor perumahan juga menjadi penopang suburnya laba BTN karena masih bergerak positif di tengah koreksi pertumbuhan ekonomi akibat pandemi.
"Strategi itu membuktikan kami tidak hanya bisa memperbaiki kinerja bisnis, tapi juga bertahan di tengah tekanan akibat pandemi. Tahun ini, kami optimistis dengan strategi tersebut beserta potensi di sektor properti, Bank BTN akan mencetak laba bersih yang terus melaju positif,” kata Nixon dalam acara Media Brief Paparan Kinerja per 31 Desember 2020 di Jakarta, Senin (15/2/2021).
Nixon merincikan, lima strategi yang dilakukan perseroan antara lain memaksimalkan penerapan good corporate governance, sentralisasi proses bisnis, penguatan permodalan dan pendanaan. Selain itu, perseroan juga akan meningkatkan kualitas kredit dan menggenjot efisiensi.
Di sisi lain, tahun 2021, Bank BTN kembali dipercaya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk menyalurkan skema Kredit Pemilikan Rumah Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (KPR BP2BT).
Kemitraan itu telah ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerja sama tentang penyaluran BP2BT tahun 2021 antara Satuan Kerja Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kementerian PUPR dengan Bank BTN di Jakarta, akhir Januari lalu.
Direktur Consumer and Commercial Lending Bank BTN, Hirwandi Gafar mengatakan, skema KPR BP2BT membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memiliki hunian dengan bantuan hingga Rp 40 juta dari pemerintah.
Tak hanya itu, nilai bantuan itu juga akan mengurangi nilai angsuran KPR para MBR.
“Kami berterima kasih atas kepercayaan pemerintah melalui Kementerian PUPR kepada Bank BTN. Kami berkomitmen untuk menyalurkan seluruh alokasi tersebut dengan mengandalkan infrastruktur pembiayaan perumahan BTN yang kuat di seluruh Indonesia," jelas Hirwandi di Jakarta pada Senin (1/2/2021).
Menurut Hirwandi, KPR BP2BT melengkapi fasilitas KPR subsidi yang bisa dimanfaatkan MBR untuk memiliki hunian, baik rumah tapak dan rumah yang dibangun secara swadaya.
Batasan harga hunian yang bisa menggunakan KPR BP2BT, kata Hirwandi, akan bergantung pada zona lokasi yang ditetapkan Kementerian PUPR.
Untuk rumah tapak mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 219 juta. Kemudian untuk rumah susun mulai Rp 288 juta hingga Rp 385 juta. Sedangkan untuk rumah yang dibangun secara swadaya berkisar Rp 120 juta hingga Rp 155 juta.
Perseroan juga telah merancang fitur graduated payment mortgage (GPM) dalam KPR BP2BT. Fitur yang diluncurkan tahun 2020 itu menawarkan keringanan angsuran berjenjang dengan suku bunga fixed sebesar 10% selama tiga tahun pertama.
Untuk pemilikan hunian, KPR BP2BT juga memberikan bantuan uang muka sebesar 45% dari harga rumah atau maksimal Rp 40 juta. Kemudian, uang muka mulai 1 persen dan tenor kredit hingga 20 tahun.
Sesuai aturan yang ditetapkan Kementerian PUPR, masyarakat yang bisa mengakses skema KPR BP2BT yakni yang belum memiliki rumah dan belum pernah mendapatkan subsidi atau bantuan perumahan dari pemerintah.
Selain itu, MBR yang bisa mengakses KPR tersebut wajib memiliki tabungan di Bank BTN selama minimal 3 bulan.
Kemudian, ada batasan penghasilan yang ditetapkan untuk bisa menikmati fasilitas KPR tersebut, baik sendiri maupun bersama pasangan. PUPR mengatur nilai penghasilan itu sesuai dengan zona wilayah yaitu penghasilan berkisar Rp 6 juta hingga Rp 8,5 juta.
Mewujudkan Mimpi MBR
Sebagai pemilik kuota rumah bersubsidi tertinggi, BTN memang menjadi buruan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang mengidami-idamkan punya rumah. Bahkan, BTN kerap disebut bank penjawab mimpi para buruh dan pegawai rendah.
"Kreditnya super ringan dan itu saya rasakan sampai sekarang," kata Taufik, salah seorang pelanggan KPR bersubsidi BTN di Kota Padang.
Taufik membeli rumah bersubsidi tipe 36 tahun 2011 di kawasan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji Kota Padang dengan DP ringan. Sedangkan angsuran per bulannya hanya Rp 740 ribu.
Ayah 6 orang anak ini memilih rumah bersubsidi karena memang penghasilannya sebagai PNS tidak mencukupi untuk membeli rumah lunas.
"Golongan saya saat itu baru 3 C. Untuk makan saja susah, apalagi mau beli rumah lunas," katanya.
Lantas, dia pun memberanikan diri untuk kredit rumah ke BTN. Alhasil, dalam waktu dua bulan, proses akad pun selesai dan Taufik menempati rumah tersebut.
"Prosesnya gampang dan tidak bertele-tele, ini yang membuat orang nyaman kredit di BTN. Cocok BTN dijuluki rumah sejuta umat," katanya sembari tertawa.
Menurut Taufik, rumah yang dibangun melalui kredit BTN juga tidak asal-asalan. Dengan kata lain, memang betul-betul bisa ditempati. Apalagi, pihak bank juga mengecek pekerjaan pengembang yang menyediakan rumah untuk konsumen.
"Kalau nggak kredit dari dulu, entah kapan saya punya rumah. Sekarang hutang rumah hanya tinggal beberapa tahun lagi," katanya pria 41 tahun itu.
Senada dengan itu, seorang pedagang kelontongan di Solok, Muntari (37) pun merasakan hal yang sama. Menurutnya, proses kredit rumah di BTN super cepat dan mudah.
"Asal jujur penghasilan rendah, nggak tipu-tipu, usahanya jelas, pasti dikabulkan. Ini saya contohnya, alhamdulillah dikabulkan," katanya.
Muntari mengaku penghasilannya memang tidak menentu, namun bisa memastikan bisa membayar angsuran kredit setiap bulan. Dengan kata lain, BTN mengabulkan permintaan konsumel asal bisa memberikan garansi pembayaran dengan usaha yang digeluti.
Kredit rumah Muntari disetujui BTN akhir 2018. Saat ini, dia mencicil angsuran Rp 945 ribu dalam per bulannya. "Anak saya perempuan, jadi mesti cepat-cepat punya rumah. Walaupun kredit," katanya.
Winda Permata Sari (27) juga membeli rumah lewat BTN sebelum menikah tahun lalu. Bahkan saat membelinya, Winda masih berstatus gadis alias belum menikah.
Menurut warga asal Kabupaten Solok itu, inti kredit rumah adalah berani, dan dari situlah timbul kepercayaan untuk melunasinya.
Jika tetap mengulur waktu, risiko tidak punya rumah akan semakin tinggi bagi yang memiliki penghasilan pas-pasan. Apalagi, usia untuk kredit rumah hanya sampai 65 tahun. Sedangkan jangka waktu kredit rumah hanya 10, 15 sampai 20 tahun.
"Kalau bisa sekarang, kenapa tidak. Daripada ditabung duitnya lebih baik investasi beli rumah. Usia berlanjut, rumah lunas," katanya.