Riki Chandra
Kamis, 11 Desember 2025 | 10:12 WIB
Relawan PDIP Sumbar bantu pembersihan rumah warga. [Dok. Istimewa]
Baca 10 detik
  •  Krisis air bersih Sumatera Barat menghambat proses pemulihan pascabencana hidrometeorologi.

  • Relawan dan warga mengandalkan air hujan serta bantuan distribusi air.

  • Infrastruktur rusak dan sungai keruh memperparah kebutuhan dasar masyarakat terdampak.

SuaraSumbar.id - Pasca bencana banjir bandang dan tanah longsor, krisis air bersih Sumatera Barat (Sumbar) masih menjadi tantangan besar bagi relawan yang membantu pembersihan lumpur dari rumah warga hingga fasilitas.

Kondisi sungai yang tak kunjung jernih membuat kebutuhan warga tak dapat terpenuhi secara normal. Hujan terus mengguyur sepanjang gugusan Bukit Barisan membuat aliran sungai tetap keruh.

Debit meningkat dan bau tanah menyengat, memicu trauma bagi masyarakat serta relawan yang menyaksikan dahsyatnya terjangan air bah. Situasi ini memperburuk krisis air bersih di Sumbar yang berlangsung lebih dari dua pekan.

“Sebenarnya, ketersediaan air cukup banyak di sungai. Tapi, kondisinya sangat keruh karena telah bercampur tanah yang hanyut dari hulu sungai. Dalam memenuhi kebutuhan, mayoritas warga gunakan air hujan yang ditampung selain sumbangan berbagai lembaga,” kata Tim Penanggulangan Bencana PDI Perjuangan Sumbar, Gery Fernando dalam keterangan tertulis, Kamis (11/12/2025).

Sejak banjir dan longsor melanda, Gery ditugasi mengkoordinasikan Tim Penanggulangan Bencana PDI Perjuangan yang bekerja di lokasi bencana. Keterbatasan sumber air layak pakai menjadi kendala utama mereka menjalankan aktivitas pembersihan, sekaligus kebutuhan warga sehari-hari di tengah krisis air bersih Sumatera Barat.

Kondisi serupa dirasakan Tim Penanggulangan Bencana anggota DPR RI, Alex Indra Lukman, yang turun langsung ke Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, salah satu daerah terparah di Kabupaten Pesisir Selatan. Sedikitnya, diturunkan sebanyak 25 personel medis dan non-medis, serta menggelar layanan sosial bagi warga terdampak.

"Dalam tiga hari masa tugas di Bayang Utara ini, tim melakukan layanan medis, pembagian sembako, pakaian, pembalut, pakaian dalam, kerja bakti dan inventarisasi dampak bencana di sektor pertanian,” kata Koordinator Tim, Farid Anshar Alghifari.

Di kecamatan itu, tiga nagari (Muaro Aie, Pancung Taba dan Limau Gadang), kehilangan pasokan listrik dan internet sejak peristiwa banjir dan longsor. Mulai Rabu (10/12/2025), Nagari Pancung Taba bahkan terisolasi total setelah akses jalan putus diterjang sungai yang debitnya kembali meningkat.

Terpisah, Ketua PDI Perjuangan Kota Padang, Albert Hendra Lukman, juga mengakui kelangkaan air bersih yang terus memburuk. Sungai-sungai utama di Padang seperti Batang Arau, Kuranji, Tarung, Kandis dan Lagan masih keruh dan membawa endapan lumpur, sehingga tidak dapat menjadi sumber air.

Air keruh itu juga membuat jaringan intake PDAM tertimbun lumpur. Produksi air bersih tak stabil, permintaan warga terus meningkat.

“Warga bahkan ada yang menawar, bersedia membayar ratusan ribu rupiah untuk 1 tandon air ukuran 1.200 liter yang kita bagikan gratis itu,” ungkap Albert.

Sejak 3 Desember 2025, distribusi air bersih dilakukan menggunakan mobil pickup dan truk tangki sesuai permintaan warga yang masuk ke Posko Darurat Banjir DPC PDI Perjuangan Kota Padang.

Ketua PDI Perjuangan Sumbar, Alex Indra Lukman, menuturkan bahwa kader bersama sejumlah lembaga kemanusiaan terus bergerak di lapangan.

Dapur umum didirikan di Kota Padang dan Batang Anai, mendistribusikan 1.500 bungkus nasi setiap hari. Bantuan sembako juga disalurkan ke sejumlah daerah terdampak lainnya.

Selain itu, satu unit ekskavator dikerahkan untuk membersihkan endapan lumpur di wilayah Padang. Relawan medis diturunkan ke berbagai wilayah terdampak, termasuk Pesisir Selatan dan Padang Pariaman, untuk melayani keluhan kesehatan warga.

Load More