Riki Chandra
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:58 WIB
Kayu-kayu gelondongan yang terbawa banjir bandang atau galodo di sejumlah aliran sungai di Kota Padang pada 27-28 November 2O25 terdampar di Pantai Padang. [Dok. Antara]
Baca 10 detik
  •  Citra satelit ungkap kerusakan hulu penyebab longsor dan banjir bandang.

  • BKSDA Sumbar dan Polri selidiki material kayu terbawa hingga pantai.

  • DAS Masang Kanan alami longsor luas akibat curah hujan ekstrem.

SuaraSumbar.id - Kementerian Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar) sedang mendalami penyebab longsor yang memicu banjir dan kerusakan di Kota Padang dan Kabupaten Agam.

Temuan awal menunjukkan adanya area longsor sangat luas di kawasan hulu yang diduga menjadi pemicu utama bencana.

Menurut citra pemantauan, fenomena longsor Padang ini berkaitan langsung dengan kondisi hulu daerah aliran sungai (DAS) yang berada dalam kawasan konservasi.

Dari hasil sementara, kerusakan terlihat terjadi di Suaka Margasatwa Barisan yang merupakan bagian penting dari aliran air ke wilayah terdampak.

Kepala BKSDA Sumbar, Hartono, menyampaikan bahwa dari citra satelit terlihat adanya rentang kerusakan lebih dari 11 kilometer dari titik longsor awal.

Ia menegaskan bahwa situasi tersebut memperlihatkan betapa besar daya dorong material yang kemudian sampai ke wilayah terdampak longsor Padang.

"Ternyata berdasarkan hasil citra satelit ada longsoran dalam jumlah yang sangat luar biasa, itu di hulunya di Suaka Margasatwa Barisa. Kami akan mengecek apakah satu minggu, dua minggu, tiga minggu sebelum terjadi bencana bagaimana situasi dan kondisi tegakkan dan tutupan lahannya," ujarnya, Selasa (9/12/2025).

Hartono menjelaskan bahwa material longsor yang terbawa air meliputi kayu dan bahan lain dalam jumlah besar.

“Bisa dibayangkan dengan luasan sebegitu luas longsorannya, daya dorongnya, jumlah material, bahannya seperti apa, kayu yang terbawa seperti apa,” katanya.

Kemenhut bersama Mabes Polri telah mengambil sampel kayu yang hanyut hingga mencapai pantai sebagai bagian dari penyelidikan. Data ini digunakan untuk memastikan apakah kerusakan di hulu sungai konservasi tersebut memiliki kaitan langsung dengan lokasi terdampak di Kota Padang.

Selain itu, pemantauan drone dilakukan pascakejadian banjir dan longsor di Palembayan, Kabupaten Agam. Pada kawasan DAS Masang Kanan, ditemukan area longsor dengan luasan signifikan sekitar 5 hingga 6 kilometer dari titik hulu.

Hulu sungai tersebut berada di Cagar Alam Maninjau, dan citra satelit menunjukkan bahwa dua pekan sebelum kejadian, tegakan hutan masih dalam kondisi baik.

“Kami mengharapkan mungkin nanti kami akan berkoordinasi dengan Tim Mabes Polri juga dengan Polda untuk melakukan proses penyelidikan terkait dengan kejadian-kejadian yang menyebabkan terjadinya banjir bandang,” katanya.

BKSDA Sumbar menilai bahwa kombinasi kerusakan hulu, curah hujan ekstrem, serta aliran material dalam jumlah besar menjadi faktor yang memperparah dampak longsor Padang di wilayah Sumatera Barat. (Antara)

Load More