Riki Chandra
Senin, 01 Desember 2025 | 19:55 WIB
Kurator PPF 2025, S Metron Masdison dengan Penyair asal Pakistan, Namal Siddiqui melakukan podcast dalam tema Tata Kelola Ekosistem Festival. [Dok. Istimewa]
Baca 10 detik
  •  Festival merayakan puisi lewat diskusi, pertunjukan, dan pertemuan budaya.

  • Pelajar antusias terlibat tanya jawab seputar proses kreatif puisi.

  • PPF siapkan fokus isu baru termasuk krisis iklim mendatang.

SuaraSumbar.id - Payakumbuh Poetry Festival 2025 ditutup pada Sabtu (29/11/2025) malam di Agam Jua Art & Culture Cafe, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumbar).

Selama tiga hari, ragam diskusi dan pertunjukan digelar, mempertemukan pelajar, komunitas seni, sastrawan Indonesia dan Pakistan, hingga seniman lintas-media lintas-usia.

Penutupan ini menegaskan posisi Payakumbuh Poetry Festival 2025 sebagai ruang perayaan kreatif yang mendekatkan publik pada dunia puisi.

Direktur festival, Roby Satria, menyampaikan bahwa tema “Antardunia dalam Puisi” menjadi dasar penyusunan seluruh program.

Menurutnya, rangkaian kegiatan Payakumbuh Poetry Festival 2025 menggali berbagai dunia yang berkelindan dengan puisi, mulai dari eksplorasi suara dan visual hingga pertemuan berbagai gagasan melalui dialog kreatif.

“Dunia sound dan visual yang terkandung dalam puisi, digali dan dieksplorasi dalam program workshop yang diikuti pertunjukan sound poetry dan visual poetry,” ujarnya dalam pidato penutupan.

Program Sayembara Manuskrip Puisi turut mempertemukan ragam gaya kepenyairan dalam satu ruang dialog. Dengan demikian, Payakumbuh Poetry Festival 2025 menjadi arena produktif bagi bertemunya pemikiran yang berbeda.

Sebanyak lima sesi diskusi digelar sepanjang festival. Salah satu yang menarik ialah Diskusi Pertanggungjawaban Dewan Juri, di mana pemenang sayembara dapat berdialog langsung dengan para juri—sebuah pendekatan tak lazim dalam kompetisi sastra.

Ivan Adilla sebagai moderator menegaskan bahwa PPF memberi ruang dialog yang setara antara peserta dan dewan juri.

Sesi lain seperti Diskusi Buku Puisi Pilihan PPF, Diskusi Puisi, Anak dan Pendidikan di Luar Sekolah, hingga dialog tentang perkembangan sound poetry dan visual poetry juga berlangsung hangat.

Para pelajar antusias mengajukan pertanyaan seputar proses kreatif, tema, hingga cara menilai keberhasilan sebuah puisi. Para pembicara seperti Ayu K. Ardi, Raudal Tanjung Banua, Yona Primadesi, hingga Sudarmoko memberikan pemaparan yang membuka ruang berpikir baru.

Pertunjukan seni menjadi energi tersendiri dalam festival ini. Dari karya sound poetry hingga visual poetry, seluruhnya dipertunjukkan secara bergantian sejak malam pembukaan.

Karya-karya ini diadaptasi dari puisi para pemenang sayembara, menampilkan pertemuan menarik antara teks, suara, dan visual.

Komunitas Intro menghadirkan pertunjukan teatrikal “Kembalikan Indonesiaku”, sementara grup musik D’ Montis memainkan nomor-nomor yang diangkat dari puisi penyair Indonesia.

Para penyair seperti Adri Sandra dan Ikhwanul Arif turut berdeklamasi, diikuti para remaja yang menunjukkan kemampuan mereka di atas panggung.

Load More