Riki Chandra
Kamis, 25 September 2025 | 16:20 WIB
Ilustrasi bendera Muhammadiyah. [Dok.Istimewa]
Baca 10 detik
  •  Muhammadiyah tetap konsisten menjalankan tajdid sesuai visi pendirinya.

  • Amal usaha Muhammadiyah fokus sosial dengan subsidi dan beasiswa besar.

  • Organisasi netral politik, mengedepankan politik kebangsaan Muhammadiyah beretika.

SuaraSumbar.id - Organisasi Islam terbesar Indonesia, Muhammadiyah kerap menjadi sorotan bahkan target kritik. Namun, tak sedikit tudingan yang muncul bukan berdasarkan fakta, melainkan mitos atau interpretasi parsial.

Dikutip dari ulasan resmi Muhammadiyah, berikut adalah 4 fakta dan mitos Muhammadiyah yang perlu diluruskan agar publik dapat memahami kontribusi dan karakter organisasi ini dengan seimbang dan tepat.

1. Muhammadiyah Melenceng dari Tujuan Pemurnian Ajaran Islam

Mitos

- Muhammadiyah dikata “tak lagi murni” dalam visi pendirinya, KH Ahmad Dahlan, karena dianggap terlalu toleran terhadap praktik lokal seperti tahlilan.

Fakta

- Muhammadiyah sejak didirikan memang mengusung misi tajdid atau pembaruan ajaran Islam. Namun, konsepsi tajdid menurut Manhaj Tarjih bukan sekadar pemurnian sempit, melainkan menyatukan dua aspek: pemurnian akidah dan ibadah dari unsur yang tak berdasar dalil sahih, serta dinamika kehidupan umat agar ajaran Islam tetap relevan dengan konteks zaman.

Dalam hal praktik tahlilan, Muhammadiyah tidak bersikap gegabah. Berdasarkan Fatwa Majelis Tarjih Suara Muhammadiyah No. 07/2022, Muhammadiyah menawarkan tiga opsi: (1) meminta izin untuk tidak hadir, (2) hadir secara pasif jika tak memungkinkan menolak, atau (3) menolak persuasif, tanpa konfrontasi keras.

Fakta itu menunjukkan bahwa organisasi tetap menjaga kemurnian ajaran Islam dengan pendekatan kontekstual dan bijak.

2. Amal Usaha Muhammadiyah Komersial dan Tak Terjangkau

Mitos

- Jejaring amal usaha seperti RS atau sekolah Muhammadiyah dianggap mahal, seolah bukan lagi lembaga sosial.

Fakta

- Muhammadiyah adalah lembaga non pemerintah yang dibiayai swadaya umat, berbeda dengan sekolah negeri atau rumah sakit publik. Maka, terdapat biaya untuk menjaga kualitas. Namun orientasi organisasi ini tetap sosial.

Banyak lembaga Muhammadiyah memberikan subsidi, layanan gratis atau bersubsidi melalui skema BPJS, dana zakat, infak, dan program sosial lainnya.

Load More