Riki Chandra
Sabtu, 13 September 2025 | 17:20 WIB
Ilustrasi miniatur AI. [Dok. Istimewa]
Baca 10 detik
  • Waspada bahaya tersembunyi edit foto AI.
  • Deepfake dan pencurian identitas makin marak.
  • Tren miniatur AI ancam privasi pengguna.
[batas-kesimpulan]

SuaraSumbar.id - Edit foto AI kini menjadi tren populer di media sosial. Dari membuat miniatur AI diri sendiri, berubah mirip action figure, hingga munculnya efek seakan “dipeluk idol K-Pop”.

Banyak pengguna yang tergiur ikut serta dalam gelombang kreatif ini. Namun, di balik kegembiraan dan visual menarik tersebut, ada bahaya besar yang mengintai.

Berikut 7 bahaya edit foto AI yang wajib diketahui sebelum ikut tren.

1. Deepfake dan Penyebaran Konten Palsu

Edit foto AI bisa berujung pada deepfake, yaitu gambar, video, atau audio palsu yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan.

Bahkan jika hanya ikut tren, foto Anda bisa masuk dalam basis data yang dipakai untuk melatih teknologi deepfake, memperkuat potensi misinformasi dan penipuan digital.

2. Kehilangan Kontrol atas Identitas Digital

Identitas digital meliputi data seperti foto, nama pengguna, lokasi, dan detail pribadi. Saat Anda mengunggah foto ke generator gambar AI, Anda bisa kehilangan kendali atas penggunaan tersebut. Detail lokasi atau isi rumah bisa terekspos tanpa disadari.

3. Keaslian Gambar yang Semakin Mudah Disalahgunakan

Semakin banyak foto nyata dan editan AI digunakan, semakin sulit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Hal ini memperparah risiko bahwa karya Anda bisa disalahgunakan sebagai bukti palsu atau materi bukti palsu.

4. Foto Digunakan untuk Tujuan Komersial Tanpa Izin

Banyak platform AI memiliki syarat dan ketentuan yang memberi hak luas pada pengunggahannya. Foto Anda bisa digunakan untuk keperluan komersial tanpa persetujuan Anda, termasuk dalam data latih pihak ketiga atau iklan AI.

5. Risiko Pencurian dan Kebocoran Data Pribadi

Upload foto ke platform tidak selalu aman. Platform AI juga bisa mengalami pelanggaran keamanan sehingga foto pribadi bisa dicuri atau bocor, membuka peluang pencurian identitas dan pelanggaran privasi.

6. Disinformasi dan Penipuan Identitas di Dunia Nyata

Di Indonesia, kasus penipuan yang menggunakan deepfake meningkat drastis—lonjakan kasus sebesar 1550% antara 2022 dan 2023.

Pelaku bisa menggunakan gambar atau suara palsu untuk menipu masyarakat, merusak reputasi pemerintah atau individu.

7. Kesenjangan Regulasi dan Keterbatasan Penegakan Hukum

Regulasi di Indonesia yang membahas deepfake dan penggunaan AI untuk penyebaran konten manipulatif masih belum spesifik.

Banyak hukum yang ada belum mengatur secara tegas risiko ini, sehingga kesulitan teknis dan regulasi membuat siapa pun rentan terdampak.

Sebuah laporan menyebut bahwa 84% bisnis di Indonesia pernah menghadapi penipuan identitas digital.

Pemerintah dan lembaga terkait sudah mengeluarkan peringatan agar masyarakat lebih waspada terhadap konten manipulative seperti deepfake.

Teknologi deteksi deepfake seperti HONOR AI Deepfake Detection dan standar internasional seperti C2PA sedang dikembangkan sebagai bagian dari solusi.

Tren edit foto AI seperti membuat miniatur diri sendiri atau terlihat seolah dipeluk idol K-Pop memang menarik dan kreatif. Namun, bahaya edit foto AI dari sisi privasi, keamanan, identitas, hingga penipuan digital tak bisa dianggap enteng.

Pastikan Anda memahami syarat penggunaan platform, menjaga data asli, serta selalu mempertimbangkan risiko sebelum ikut tren ini.

Load More