Riki Chandra
Sabtu, 13 September 2025 | 11:29 WIB
Mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • SuaraSumbar.id - Klaim Sri Mulyani sebut rakyat tak bisa hidup tanpa DPR terbukti hoaks.

  • Mafindo pastikan video viral soal Sri Mulyani dan DPR adalah konten palsu.

  • Foto lama dipelintir, klaim Sri Mulyani soal DPR dinyatakan menyesatkan.

[batas-kesimpulan]

Beredar sebuah video di Facebook yang menarasikan Mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyebut rakyat tidak akan hidup tanpa adanya DPR. Video tersebut diunggah akun “Ridwan Mas” pada Minggu (7/9/2025) dengan narasi provokatif.

“SRI MULYANI MENGKLAIM RAKYAT GAK AKAN HIDUP TANPA ADA DPR NETIZEN; JUSTRU DPR TAK AKAN HIDUP TANPA RAKYAT, GAK ADA KAPOK KAPOKNYA SRI MULYANI”.

Lantas, benarkah Sri Mulyani menyatakan hal tersebut?

Hoaks Sri Mulyani Sebut Rakyat Tidak Akan Hidup Tanpa DPR. [Dok. Istimewa]

Tim pemeriksa fakta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) melalui kanal TurnBackHoax melakukan penelusuran terhadap klaim yang beredar.

Kata kunci “Sri Mulyani mengklaim rakyat tidak akan hidup tanpa ada DPR” ditelusuri melalui mesin pencari Google.

Hasil pencarian menunjukkan tidak ada pemberitaan dari media arus utama yang memuat pernyataan semacam itu.

Tidak ditemukan jejak digital yang menguatkan klaim bahwa Sri Mulyani pernah mengatakan rakyat tidak bisa hidup tanpa keberadaan DPR.

Lebih lanjut, pemeriksa fakta menggunakan Google Lens untuk menelusuri gambar Sri Mulyani yang disertakan dalam unggahan. Foto tersebut ternyata sudah beredar sejak tahun 2020 dan digunakan dalam sejumlah berita.

Namun, tidak ada satu pun berita yang membahas pernyataan sebagaimana yang diklaim dalam unggahan akun “Ridwan Mas”.

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan, unggahan video yang menyebut Sri Mulyani mengatakan rakyat tidak akan hidup tanpa ada DPR adalah konten palsu atau impostor content. Klaim itu tidak pernah diucapkan Sri Mulyani dan tidak diberitakan oleh media kredibel.

Masyarakat diminta lebih waspada terhadap informasi serupa yang beredar di media sosial. Konten menyesatkan kerap menggunakan foto pejabat publik lama dengan narasi yang dipelintir untuk memancing reaksi warganet.

Load More