Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Senin, 12 Mei 2025 | 15:24 WIB
Bagian badan Gunung Marapi mengalami pengikisan pascabanjir lahar dingin di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar). [Dok. Antara/Muhammad Zulfikar]

SuaraSumbar.id - Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar), kembali menunjukkan aktivitas vulkanik signifikan sepanjang Mei 2025.

Berdasarkan data resmi dari Pos Gunung Api (PGA), gunung api yang berada di Kabupaten Agam dan Tanah Datar itu telah mengalami tujuh kali erupsi sejak tanggal 1 hingga 12 Mei 2025.

Kolom abu tertinggi erupsi Gunung Marapi itu mencapai satu kilometer.

“Erupsi terakhir tercatat pada Senin, 12 Mei 2025, pukul 03.10 WIB, dengan tinggi kolom abu sekitar 600 meter dari puncak gunung,” ujar petugas PGA, Teguh, Senin (12/5/2025).

Kolom abu erupsi pada dini hari tersebut tampak berwarna kelabu pekat dengan intensitas tebal dan condong ke arah tenggara.

Peristiwa ini juga terekam jelas melalui seismogram, menunjukkan amplitudo maksimum 30,3 milimeter dengan durasi sekitar 30 detik.

Sebelumnya, erupsi terbesar terjadi pada 4 Mei 2025 pukul 22.09 WIB, ketika Gunung Marapi meletus dengan kolom abu mencapai 1.000 meter dan durasi letusan sekitar 45 detik.

Enam erupsi lainnya tercatat memiliki ketinggian abu bervariasi, antara 500 hingga 800 meter. Aktivitas vulkanik yang terus berulang ini menandakan potensi erupsi susulan masih tinggi.

PVMBG Tetapkan Status Waspada

Evaluasi dari Badan Geologi yang dilakukan selama periode 16 hingga 30 April 2025 menunjukkan bahwa aktivitas gunung berapi di Sumatera Barat ini masih bersifat fluktuatif.

Laporan menyebutkan laju emisi gas SO2 yang terdeteksi melalui satelit Sentinel masih tergolong rendah.

Namun, meski terpantau belum konsisten secara jangka panjang, potensi letusan Gunung Marapi tetap ada.

“Erupsi bisa terjadi sewaktu-waktu akibat pelepasan energi dari dinamika pasokan fluida atau magma dari dalam bumi,” demikian pernyataan Badan Geologi dalam laporan resminya.

Melihat kondisi ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Gunung Marapi pada Level II atau Waspada.

PVMBG menegaskan larangan bagi masyarakat, wisatawan, maupun pendaki untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah aktif (Kawah Verbeek).

Selain potensi erupsi, masyarakat juga diminta waspada terhadap ancaman lahar dingin Gunung Marapi, terutama yang tinggal di sepanjang aliran sungai berhulu dari gunung.

Hal ini sangat penting diperhatikan mengingat curah hujan di wilayah Sumatera Barat mulai meningkat menjelang pertengahan Mei.

“Ketika terjadi hujan deras, material vulkanik bisa terbawa ke bawah dalam bentuk lahar dingin yang sangat berbahaya bagi permukiman dan pertanian warga,” jelas Teguh.

PVMBG juga mengimbau masyarakat untuk mengenakan masker apabila terjadi hujan abu guna mencegah gangguan pernapasan.

Langkah pencegahan ini penting untuk mengurangi dampak kesehatan akibat partikel halus dari debu vulkanik Gunung Marapi.

Peningkatan Kewaspadaan di Sekitar Kawasan Marapi

Sejak awal tahun 2023, Gunung Marapi telah mengalami peningkatan aktivitas secara bertahap. Menurut catatan BNPB, Marapi merupakan salah satu dari 10 gunung paling aktif di Indonesia.

Status waspada telah diberlakukan sejak Desember 2023 dan terus diperpanjang hingga kini.

Wilayah yang paling terdampak adalah Nagari Batu Palano di Agam dan Nagari Koto Baru di Tanah Datar, dua kawasan yang berada dalam radius rawan.

Pemerintah daerah telah berkoordinasi dengan BPBD untuk memastikan jalur evakuasi tetap aman digunakan sewaktu-waktu.

Aktivitas Gunung Marapi meletus yang terus berulang sejak awal Mei 2025 ini menjadi peringatan bahwa potensi bahaya masih sangat nyata.

Warga di sekitar kawasan diminta terus memantau perkembangan informasi dari pihak berwenang dan tidak melakukan aktivitas yang membahayakan keselamatan jiwa. (Antara)

Load More