SuaraSumbar.id - Kepolisian berhasil menyita lahan dan 11 unit homestay di kawasan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, yang diduga berasal dari hasil tindak pidana korupsi dengan modus Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) fiktif di Sekretariat DPRD Riau tahun 2020-2021. Aset yang disita memiliki nilai lebih dari Rp2 miliar.
Direktur Reskrimsus Polda Riau, Kombes Pol Nasriadi, mengungkapkan bahwa penyitaan dilakukan pada Sabtu (7/12/2024) setelah memperoleh izin dari Pengadilan Negeri Tanjung Pati.
Aset tersebut berlokasi di Jorong Padang Torok, Nagari Harau, Kecamatan Harau, dan mencakup lahan seluas 1.206 meter persegi, yang menjadi tempat berdirinya Sabaleh Homestay dengan 11 unit homestay.
Rincian Aset dan Pemilik
Baca Juga: Sah! Safni-Ahlul Resmi Menang Pilkada Lima Puluh Kota 2024
Menurut Kombes Nasriadi, homestay-homestay tersebut dimiliki oleh beberapa individu, yang sebagian besar adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pejabat di Sekretariat DPRD Provinsi Riau pada periode anggaran 2020-2021.
Penyitaan ini juga mencakup dokumen sertifikat tanah atas nama salah satu tersangka, Irwan Suryadi, yang diduga membeli lahan menggunakan dana hasil korupsi SPPD fiktif.
Selain aset di Harau, polisi juga menyita apartemen di Nagoya City Walk, Kota Batam, yang dimiliki oleh sejumlah tersangka lain dalam kasus yang sama.
Salah satu apartemen tersebut adalah milik Muflihun alias Uun, yang dibeli pada tahun 2020 seharga Rp557 juta.
Total Nilai Aset yang Disita
Baca Juga: Geger Penemuan Mayat Tergantung di Limapuluh Kota
Secara keseluruhan, nilai aset yang telah disita mencapai Rp2,14 miliar, termasuk lahan, homestay, dan beberapa apartemen di Batam.
Proses penyitaan dilakukan dengan pengawasan langsung oleh pihak berwenang, termasuk pengelola Sabaleh Homestay, Ketua RW setempat, serta aparat kepolisian dari Polsek Harau.
“Proses penyitaan berlangsung lancar tanpa kendala. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya penegakan hukum untuk memastikan keadilan dan transparansi dalam penanganan kasus korupsi,” ujar Nasriadi.
Dugaan Modus Korupsi
Modus SPPD fiktif yang dilakukan di Sekretariat DPRD Riau melibatkan manipulasi dokumen perjalanan dinas, yang anggarannya kemudian digunakan untuk membeli aset pribadi. Penyidik menduga bahwa hasil korupsi ini tidak hanya digunakan untuk membeli lahan dan properti, tetapi juga barang-barang mewah seperti tas dan sepatu bermerek.
Langkah Selanjutnya
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Sah! Safni-Ahlul Resmi Menang Pilkada Lima Puluh Kota 2024
-
Geger Penemuan Mayat Tergantung di Limapuluh Kota
-
510 Butir Obat Keras Disita, Pria 27 Tahun di Limapuluh Kota Diciduk Polisi
-
Viral! Maling Kotak Amal Masjid di Limapuluh Kota Dibekuk Warga
-
Sah! Dua Calon Bupati di Limapuluh Kota Gunakan Ijazah Paket C
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- 6 Mobil Bekas 7 Seater Termurah: Nyaman untuk Keluarga, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Pilihan
-
Olahraga Padel Kena Pajak 10 Persen, Kantor Sri Mulyani Buka Suara
-
Sering Kesetrum Jadi Kemungkinan Alasan Ade Armando Dapat Jatah Komisaris PLN Nusantara Power
-
Sosok Chasandra Thenu, Selebgram Ambon Akui Dirinya Pemeran Video Viral 1,6 Menit
-
Harga Emas Antam Kembali Longsor, Kini Dibanderol Rp 1.907.000/Gram
-
Azizah Salsha, Istri Pratama Arhan Dihujat Habis-habisan Promosi Piala Presiden 2025
Terkini
-
Irsyad Maulana Pulang ke Semen Padang FC, Kabau Sirah Juga Gaet Bek Portugal Jelang Liga 1 2025/2026
-
Menpora Dito Ariotedjo Dorong Pencak Silat Jadi Daya Tarik Pariwisata Sumbar, Ini Alasannya
-
Waspada Tautan Saldo Gratis Palsu, Ini Daftar 5 Link DANA Kaget Asli 3 Juli 2025!
-
Anak Harimau Sumatera Mati di TMSBK Bukittinggi, Diduga Kelainan Genetik
-
3 Hack Foto Bikin Konten FYP dengan Galaxy S25 Edge