SuaraSumbar.id - Bank Indonesia (BI) Sumatera Barat (Sumbar), memperkirakan bahwa Pilkada serentak 2024 di provinsi tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram, pembatasan anggaran yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi salah satu faktor yang menyebabkan dampak ekonomi tidak terlalu besar.
"Dampaknya tidak terlalu besar karena saya mendapat informasi bahwa KPU juga membatasi anggaran," ujar Majid Ikram, Rabu (2/10/2024).
Pembatasan ini, terutama terkait pengeluaran dana kampanye pasangan calon, diprediksi menekan pertumbuhan ekonomi yang biasanya terkait dengan kegiatan politik.
Meski begitu, Pilkada serentak 2024 tetap diharapkan membawa pertumbuhan ekonomi, meskipun skalanya kecil. Salah satu sektor yang mendapatkan keuntungan adalah usaha percetakan yang digunakan oleh pasangan calon untuk keperluan kampanye.
"Namun, lapangan usaha ini tidak terlalu signifikan dalam menggerakkan ekonomi secara keseluruhan," tambahnya.
Majid juga menyebutkan, apabila jumlah pasangan calon dalam Pilkada di Sumatera Barat meningkat, maka dampak ekonomi yang dihasilkan akan lebih besar. Semakin banyak pasangan calon, maka semakin banyak pula aktivitas ekonomi yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan Pilkada.
Berbeda dengan pandangan BI, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan Provinsi Sumbar, Syukriah, justru optimistis bahwa Pilkada serentak 2024 akan memberikan dampak positif pada perekonomian daerah.
Menurutnya, tambahan transfer dana dari pemerintah pusat untuk keperluan Pilkada akan meningkatkan daya beli masyarakat.
"Dengan adanya Pilkada serentak 2024, transfer ke daerah juga bertambah untuk belanja Pilkada," kata Syukriah.
Berdasarkan data DJPb, transfer dana ke Sumatera Barat untuk kebutuhan Pilkada serentak mencapai Rp500 miliar, yang dialokasikan untuk 19 kabupaten/kota serta provinsi Sumatera Barat. Dana ini diperkirakan akan mendorong aktivitas belanja pemerintah, yang pada akhirnya akan menggerakkan perekonomian lokal.
"Pasti ada pertumbuhan ekonomi, karena selain belanja rutin, juga ada belanja khusus untuk keperluan Pilkada," ujarnya. (antara)
Berita Terkait
-
Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi Butuh Ekosistem Bisnis yang Kolaboratif dan Berorientasi Inovasi
-
Ditanya Angka Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2025, Menko Airlangga: Tunggu Besok!
-
Menkeu Purbaya Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Tembus 5,5 Persen
-
Investor Asing di Mata Menkeu Purbaya: Dia Tidak Akan Bangun Negara Kita!
-
APPRI Dorong Kesiapan Praktisi Humas Menghadapi Teknologi AI Menuju Indonesia Emas 2045
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
Cara Cairkan Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan Lewat HP, Tak Perlu Repot ke Kantor!
-
CEK FAKTA: Lesti Kejora Bagi-Bagi Uang untuk Lansia, Benarkah?
-
8 Prompt ChatGPT Bikin Foto Portrait Jadi Sinematik, Auto Mirip Adegan Film!
-
Gampang Banget Beli Tiket Konser Bryan Adams di BRImo, Ini Caranya
-
Cuaca Panas di Sumbar Bukan Panas Ekstrem, Ini Penjelasan BMKG