Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Minggu, 25 Agustus 2024 | 11:00 WIB
Petugas pemadam kebakaran menyiram jalan di Kabupaten Agam yang dipenuhi kabut abu vulkanik akibat terjadinya erupsi Gunung Marapi, Sabtu (24/8/2014). [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - Sumatera Barat kembali dihadapkan pada fenomena alam yang mengkhawatirkan. Erupsi Gunung Marapi yang terjadi pada Jumat (23/8/2024) malam menyebabkan hujan abu vulkanik di beberapa daerah di Kabupaten Agam, termasuk di Kecamatan Sungai Puar dan Canduang.

"Hujan abu ini sudah terasa sejak Jumat malam. Paling parah terasa hingga kami keluar rumah harus dengan masker. Kecamatan Sungai Puar dan Kecamatan Canduang paling terdampak," kata Hesti (28), warga Sungai Puar, Minggu (25/8/2024).

Di pinggang Gunung Marapi, petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk mengatasi dampak dari erupsi ini. Mereka menyiramkan air di jalanan yang tertutup abu di beberapa titik di Sungai Puar.

"Ada enam titik penyemprotan di Sungai Puar ini sesuai permintaan warga melalui kepala desa. Dilakukan selama dua hari karena akses jalan di sini juga menjadi alternatif lalu lintas Padang-Bukittinggi," ujar Komandan Regu C Pemadam Kebakaran Agam, Rince.

Kecamatan Canduang, yang merupakan salah satu lokasi terdekat dari puncak Gunung Marapi, juga mengalami hal serupa.

"Hanya berselang dua menit setelah erupsi, terdengar bunyi seperti hujan deras di atas atap rumah. Ternyata, itu adalah abu vulkanik yang turun dengan deras, butiran-butirannya sebesar pasir," ujar Firdaus, Kepala Desa Bukit Batabuah.

Masyarakat di kedua kecamatan tersebut kini terus waspada terhadap kemungkinan dampak erupsi yang lebih buruk. Erupsi Gunung Marapi pada Jumat malam tercatat dengan amplitudo maksimum 30,3 milimeter dan durasi 49 detik.

Tak hanya itu, erupsi ini juga memicu gempa bumi berkekuatan 2,5 magnitudo, yang berpusat di 7 kilometer Tenggara Kota Bukittinggi dengan kedalaman 21 kilometer. (Antara)

Load More