SuaraSumbar.id - Warga Canduang Koto Laweh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), melakukan aksi boikot dan penyampaian mosi tidak percaya kepada Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Yayasan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli pada hari Senin (5/8/2024).
Aksi damai dilakukan puluhan warga dan pemuda dikawal ketat jajaran Polresta Bukittinggi. Demonstrasi itu adalah buntut dari terungkapnya aksi pencabulan dan sodomi yang dilakukan dua orang guru atau ustaz MTI Canduang kepada puluhan santri laki-laki.
Masyarakat menggelar aksi tersebut gegara kecewa atas ketidakhadiran pihak yayasan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli dalam rapat yang diundang oleh yayasan itu sendiri untuk menyelesaikan kasus asusila di MTI Canduang.
Juru bicara masyarakat Canduang Koto Laweh Budi Anda menjelaskan, undangan rapat tersebut bertujuan menandatangani nota kesepakatan antara pihak MTI dengan Lembaga Nagari dan masyarakat.
"Kita diundang rapat oleh yayasan MTI Canduang, yang mana inti dari rapat itu sendiri adalah untuk penandatanganan nota kesepakatan antara pihak MTI dengan Lembaga Nagari dan masyarakat. Namun sangat kita sayangkan pada hari itu pihak yayasan tidak satu pun hadir," katanya.
Ia mengatakan, masyarakat Canduang Koto Laweh merasa kecewa dengan ketidakhadiran pihak yayasan dan memutuskan untuk membatalkan nota kesepakatan yang telah disepakati.
"Kita sepakat untuk membatalkan nota kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya," kata Budi Anda.
Menurutnya, sebelumnya masyarakat telah memberikan waktu tambahan selama 2x24 jam kepada pihak yayasan untuk kembali mengundang mereka.
"Sebelumnya, kami juga sudah memberikan waktu 2X24 jam untuk kembali mengundang kita. Namun sampai hari ini jam 14.00 WIB tadi tidak terlaksana undangan dari pihak yayasan untuk mengundang kami," katanya.
Sebagai langkah selanjutnya, masyarakat Canduang Koto Laweh memutuskan untuk memboikot sementara waktu Yayasan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli hingga dilakukan penyelesaian masalah antara pihak yayasan dengan masyarakat.
"Sebenarnya ini adalah letusan dari puncak masalah yang juga terjadi di masa sebelumnya," ujar Budi Anda.
Perwakilan pemuda dan tokoh warga lainnya juga menuntut Kepala Yayasan mengundurkan diri. Sebab, pihaknya kecewa karena tidak ada itikad baik dari pihak yayasan dalam penyelesaian masalah yang sedang terjadi.
"Kami warga Canduang resah, karena oknum guru yang menjadi pelaku itu bukan warga kami. Nama Canduang jadi buruk," kata Mitrisman, salah satu warga.
Meski melakukan pemboikotan, warga Canduang tidak menyertai dengan penyegelan dan pelarangan aktivitas santri di MTI Canduang. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Jay Idzes Masih Cadangan, Eliano Reijnders Sudah Gacor
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Agustus: Ada 10.000 Gems dan Pemain 108-111 Gratis
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- 55 Kode Redeem FF Max Terbaru 17 Agustus: Klaim Skin Itachi, Diamond, dan Item 17-an
Pilihan
-
Besok, Mees Hilgers Hengkang dari FC Twente, Menuju Crystal Palace?
-
Pemain Keturunan Liga Inggris Bahas Timnas Indonesia, Ngaku Punya Sahabat di Skuad Garuda
-
Phwa Sian Liong yang Bikin Soviet Mati Gaya: Hilang di Google, Tak Sempat FYP Tiktok
-
5 Rekomendasi HP Memori 512 GB Harga di Bawah Rp 5 Juta, Pilihan Terbaik Agustus 2025
-
Carut Marut Penyelenggaraan Haji RI Mulai Kuota Hingga Transparansi Dana
Terkini
-
Ancaman Serangan Digital Mengintai Aktivis Sumbar, Ini Hasil Diskusi Publik AJI Padang dan INTERES
-
Penghargaan dari Euromoney Awards for Excellence 2025, Wujud Komitmen BRI Perkuat Layanan
-
Indeks Pariwisata Halal Sumbar 2025 Meningkat versi IMTI, Ini Alasannya
-
Warga Sumbar Dilarang Makan Telur Penyu, Ini Alasannya
-
Padang Siapkan Tsunami Drill Skala Besar, 200 Ribu Warga Bakal Dilibatkan Ikut Simulasi Bencana!