SuaraSumbar.id - Sumatera Barat (Sumbar) punya dua tantangan utama pertumbuhan ekonomi yang perlu segera ditangani oleh para pemangku kepentingan di daerah tersebut.
Hal itu diungkapkan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, Christoveny, Kamis (30/11/2023).
"Melihat perkembangan ekonomi di Ranah Minang selama beberapa tahun terakhir, setidaknya terdapat dua tantangan besar yang mesti diantisipasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi," katanya.
Pertama, perlambatan kinerja lapangan usaha utama yakni sektor pertanian dan industri yang menurun. Hal itu mengindikasikan daya saing kedua sektor itu berkurang dan berujung pada fenomena deindustrialisasi.
Tantangan kedua yakni pemanfaatan peluang investasi yang belum maksimal. Dalam hal ini pengambil kebijakan perlu melakukan stimulus iklim investasi. Apalagi, pertumbuhan ekonomi dan investasi masih di bawah rata-rata provinsi lain se-Sumatera.
"Untuk jangka panjang menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, maka diperlukan peningkatan investasi yang lebih tinggi," kata dia.
Menurutnya, kedua tantangan tersebut membutuhkan intervensi dari berbagai pihak. Di satu sisi, BI Sumbar telah merumuskan rekomendasi kebijakan guna memperbaiki ekonomi daerah itu.
Salah satu bukti dukungan BI Sumbar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi ialah pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta ekonomi syariah.
Berbagai program kerja yang dikembangkan di antaranya klaster ketahanan pangan, pengembangan klaster komoditas unggulan berorientasi ekspor serta pengembangan kelompok subsistem.
"Implementasinya melalui digital farming, promosi perdagangan dan onboarding UMKM," ujarnya.
Tidak hanya itu BI Perwakilan Sumbar juga mengembangkan UMKM syariah lewat sertifikasi halal bagi 300 lebih UMKM, sertifikasi halal rumah potong hewan hingga pengembangan Sumbar sebagai proyek percontohan kawasan industri halal pertama di Indonesia.
Ia menambahkan untuk pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut pada tahun 2023 diperkirakan berkisar di angka 4,50 hingga 5,3 persen.
"Perkiraan ini lebih baik dari pertumbuhan tahun 2022 sebesar 4,36 persen," kata Christoveny.
Secara spasial pertumbuhan ekonomi di Sumbar berada pada peringkat kelima di Pulau Sumatra. Namun masih di bawah rata-rata ekonomi regional sebesar 4,50 persen dan nasional 4,94 persen. (Antara)
Berita Terkait
-
Neraca Pembayaran Masih Alami Defisit 6,4 Miliar Dolar AS, Bagaimana Kondisi Cadangan Devisa?
-
Modus Penipuan Digital Makin Canggih, Ini Strategi Baru Bank Indonesia Melawan Scammer!
-
Pertumbuhan Kredit Perbankan Lesu, Ini Biang Keroknya
-
BI Guyur Likuiditas Rp 404 Triliun ke Bank-bank, Siapa Saja yang Dapat?
-
Bank Indonesia : Tahun Depan Beli Dimsum di China Bisa Bayar Pakai QRIS
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Kasus HIV di Padang Merosot Tajam, Ini Cara Dinkes Stop Penyebarannya!
-
Terjebak Banjir, Warga Padang Dievakuasi SAR dengan Perahu Karet!
-
Kapal Nelayan Hilang di Air Bangis Pasaman Barat, Basarnas Kerahkan Tim!
-
KUR BRI 2025: Komitmen Nyata untuk Penguatan UMKM
-
Konflik Harimau Sumatera di Agam Makin Menjadi-jadi, BKSDA Sumbar Tangani 3 Titik Sekaligus!