Yazir Farouk
Rabu, 03 Agustus 2022 | 15:56 WIB
Marcel Radhival alias Pesulap Merah saat mendatangi padepokan Gus Samsudin (tengah), namun sempat dihalangi dan dimintai KTP-nya oleh kepala desa (kanan). [YouTube Marcel Radhival]

SuaraSumbar.id - Pesulap Merah membongkar trik kepalsuan Gus Samsudin saat obati pasiennya bertujuan untuk menghilangkan pembodohan di tengah masyarakat.

Menurut lelaki bernama asli Marcel Radhival ini, trik semacam itu harusnya hanya dilakukan untuk hiburan semata di pertunjukan sulap, bukan mengobati orang sakit.

Tapi ternyata ada alasan lain yang membuat Pesulap Merah getol membongkar trik-trik yang dipakai para dukun berkedok agama saat mengobati pasien. Semua berawal dari era "The Master" (2009) yang membuat Pesulap Merah dan teman-temannya tertarik mempelajari sulap.

"Dulu jaman The Master, itu semua kan pengin jadi pesulap. Semuanya megang kartu, anak kecil megang kartu," kata Pesulap Merah saat hadir di "Tonight Show" yang tayang di YouTube pada April 2021.

Teman-teman Pesulap Merah kemudian beralih profesi sebagai dukun. Itu terjadi saat era kejayaan sulap di Indonesia mulai redup.

"Nah tahun 2012, The Master mulai redup, sulap juga mulai redup. Nah itu banyak temen-temen sulap gue pindah ke perdukunan ngaku ahli supranatural," ujar Pesulap Merah.

Dari sana, Pesulap Merah penasaran dengan dunia perdukunan. Dia pun mempelajarinya mulai dari santet hingga pelet.

Hanya saja, sampai sekarang, Pesulap Merah belum menemukan bukti jika para dukun memiliki kesaktian. Sebab, 'kesaktian' yang diperlihatkan nyatanya hanya trik sulap yang dia sudah kuasai sebelumnya.

Kendati begitu, Pesulap Merah membantah jika dia dibilang tidak percaya pada dukun yang dibantu oleh jin. Hanya saja dia belum mendapatkan bukti akan kekuatan dukun dengan bantuan jin.

Baca Juga: Viral Kwitansi Pengobatan Khusus Gus Samsudin Sampai Rp10 Juta, Warganet Heran

"Bukan nggak ada yang pakai jin. Sampai saat ini belum ada pembuktiannya dukun yang kerja sama dengan jin, yang pake ilmu pake jin," kata Pesulap Merah.

Kontributor: Neressa Prahastiwi

Load More