SuaraSumbar.id - Nasi balap puyung merupakan salah kuliner pedas yang lezat untuk dinikmati. Bagi Anda yang doyan nasi pedas, bisa langsung datang ke Nasi Balap Puyung "Inaq Esun" yang terletak di Jalan By Pass Bil Praya, Tanak Awu, Pujut, Lombok Tengah.
Kuliner ini terdiri dari nasi putih, kacang kedelai dengan lauk ayam plecingan dan ayam kriuk. Tiga suapan nasi ini rasanya sudah cukup mampu membuat Anda mulai mengeluarkan keringat. Cita rasa pedas perlahan akan memenuhi mulut Anda namun tangan tak kuasa menahan suapan berikutnya.
Seorang penggemar cita rasa pedas asal Jakarta, Lisa menjadikan kuliner ini favoritnya. Dia tak perlu lagi meminta tambahan sambal pada karyawan restoran. Selama kunjungannya ke Lombok menurut dia Nasi Balap Puyung termasuk salah satu kuliner terbaik.
Wiwin, pengelola Nasi Balap Puyung "Inaq Esun" mengatakan, menu sederhana ini bertahan sejak lama. Berbicara asal penamaan nasi ini, maka terkait dengan seorang wanita bernama Inaq Esun.
Pada tahun 1970-an, dia berjualan makanan di Pasar Kebon Roek, Mataram dengan sistem barter. Makanan yang dia jual cenderung menjadi rebutan para pelanggannya. Sekitar 20 tahun kemudian, Inaq Esun memiliki cucu yang berprofesi sebagai pembalap lokal dan sering memenangkan pertandingan.
Usai sang cucu yang tak disebutkan namanya itu menang balap, selalu saja mengajak teman-temannya maka di warung nasi milik neneknya. Dari sanalah kemudian warung nasi sang nenek diberi nama Nasi Balap Puyung.
"Sekarang cucunya (Inaq Esun) melanjutkan. Nasi, kacang kedelai, ayam plecingan, ayam kriuk. Menu ini bertahan sejak lama. Lauk dibawa dari puyung supaya rasanya sama," kata Wiwin, dikutip dari Antara, Minggu (20/3/2022).
Seporsi Nasi Balap Puyung dibanderol Rp 20 ribu. Dalam sehari, Wiwin mengaku menyiapkan sebanyak 65 porsi dan selalu habis apalagi di masa gelaran ajang MotoGP 2022 Mandalika. Menurut Wiwin, sebagian pelanggan datang makan langsung di tempat dan lainnya memilih membawa pulang nasi untuk disantap di penginapannya.
Mandalika sendiri berjarak sekitar 27 km dari Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abduk Madjid atau membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Ini termasuk satu dari lima destinasi super prioritas atau 5DSP selain Danau Toba, Likupang, Borobudur dan Labuan Bajo yang ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Baca Juga: Kehabisan Tiket, Gubernur NTB Nonton MotoGP Gratis dari Bukit Seger, Tuai Perdebatan Warganet
Berita Terkait
-
Demi MotoGP, 50 Dokter Spesialis Sampai 2 Helikopter Ditugaskan di Sirkuit Mandalika
-
Warga Tergusur Karena Adanya Sirkuit Mandalika Gelar Ritual Roah Tanah di Bawah Patung Jokowi
-
Pria Asal Jakarta Jadi Korban Penipuan Tiket MotoGP
-
SUPER KETAT, Sirkuit Mandalika Dijaga Tentara dan Polisi, Calon Penonton MotoGP Dijemput Kendaraan Khusus
-
Kebobolan, Setelah Kerbau Dan Anjing, Kini Biawak Pun Ikut Mencoba Sirkuit Mandalika
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Syarat Pembangunan Tol Padang-Pekanbaru Dilanjutkan dari AHY: Tanah Harus Clean and Clear!
-
Waspada Gejala Influenza pada Anak, Ini Pesan IDAI
-
Siapa Sarjana Pertama Indonesia? Ternyata Mampu Kuasai 37 Bahasa
-
Lowongan Kerja PLN Group 2025, Ini Daftar Lulusan D3 hingga S1 yang Dibutuhkan
-
CEK FAKTA: Najwa Shihab Jadi Menteri Pemberdayaan Perempuan, Benarkah?