Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Jum'at, 07 Januari 2022 | 08:15 WIB
Pengunjuk rasa berjalan saat aksi menentang aturan militer menyusul kudeta bulan lalu di Khartoum, Sudan, Kamis (30/12/2021). [Dok.Antara]

Seperti dalam demonstrasi sebelumnya, layanan telepon seluler dan internet sebagian besar terputus sejak pagi, kata wartawan Reuters dan Netblocks, situs pengamatan pemblokiran internet.

Sebagian besar jembatan yang menghubungkan Khartoum dengan Bahri dan Omdurman ditutup.

Koalisi Pasukan Kebebasan dan Perubahan, yang telah berbagi kekuasaan dengan militer sebelum kudeta, meminta Dewan Keamanan PBB untuk melakukan penyelidikan atas apa yang mereka gambarkan sebagai pembunuhan yang disengaja dan penyerbuan rumah sakit.

Di Khartoum, pengunjuk rasa berusaha mendekati istana presiden namun pasukan keamanan bergerak maju ke arah mereka dan kerap menembakkan gas air mata, kata seorang saksi mata kepada Reuters.

Baca Juga: Insiden Tambang Emas Tua Ambruk Di Sudan, 38 Penambang Liar Tewas

Beberapa demonstran mengenakan masker gas, sementara lainnya banyak yang hanya memakai masker medis dan penutup wajah.

Sejumlah pengunjuk rasa memakai helm dan sarung tangan untuk melempar kembali tabung gas air mata ke arah pasukan.

Massa membarikade jalan dengan batu, batu bata, dan dahan pohon saat berbaris menuju pusat kota Khartoum dan pasukan keamanan mendekati mereka dari beberapa sisi.

Sepeda motor dan gerobak terlihat membawa pengunjuk rasa yang terluka atau pingsan.

Aksi protes pertama dalam Januari itu terjadi empat hari setelah Abdalla Hamdok mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri.

Baca Juga: Guru Agama asal Sudan di Palembang Dideportasi, Menyalahi Visa Kunjungan

Hamdok menjadi perdana menteri pada 2019 dan melakukan reformasi besar di bidang ekonomi sebelum digulingkan dalam kudeta pada Oktober. Dia diangkat lagi sebagai perdana menteri pada November menyusul kesepakatan dengan militer yang berkuasa.

"Kami keluar hari ini untuk mengusir orang-orang (militer) itu. Kami tidak ingin mereka menjalankan negara kami," kata Mazin, pengunjuk rasa yang tinggal di Khartoum.

Pengunduran diri Hamdok tidak masalah, kata dia, "Kami akan terus melanjutkan." (Antara/Reuters)

Load More